Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Jangan Terlalu Mudah Memarahi Siswa!

27 Februari 2021   20:38 Diperbarui: 1 Maret 2021   05:44 1073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Marah-Marah. Gambar oleh PublicDomainPictures dari Pixabay

Meski demikian, saya enggan balas dendam dengan menjadi seorang guru yang rajin marah-marah. Jujur saja, marah itu capek dan melelahkan. Ya, walaupun saya tahu apa yang dilakukan siswa itu salah dan terkadang memantik emosi hingga menuju tingkatan tertinggi.

Tertuang dalam Daily Health Post (08/09/2014), ketika seseorang sedang marah maka tekanan darah, suhu tubuh, kecepatan napas, bahkan detak jantung akan meningkat.

Syahdan, darah yang tadinya biasa mengalir ke perut dan usus bakal berubah arah menuju ke otot sembari menyiapkan tubuh untuk bertarung. Jadi, titik simpul yang bisa kita rengkuh adalah, bakal muncul tindakan irasional dari seseorang yang sedang marah.

Dan jika marah itu tidak lagi terkontrol, maka siap-siaplah menyesal karena diri sudah tidak sadar bahwa mulut dan anggota tubuh lainnya sudah berbuat apa.

Bayangkan bila kemudian yang sering marah-marah ini adalah guru, kan sungguh tidak baik jadinya.

Bukannya menjadi sosok teladan atau sosok pengajar yang dicintai, guru malah jadi sosok pengancam yang selalu ingin dijauhi oleh siswa. Maka dari itulah, guru sebaiknya jangan terlalu mudah memarahi siswa.

Daripada Marah, Cobalah untuk Peka

Rasanya tidak mungkin seorang siswa "Selalu Salah" seperti halnya judul lagu Geisha. Jikalau siswa tidak luput dari kesalahan, itu baru wajar, karena begitulah manusia.

Nah, sebagai imbas dari kewajaran ini, rasanya kurang profesional jikalau guru langsung merespon kesalahan/pelanggaran yang dilakukan oleh siswa dengan cara marah-marah.

Terang saja, dalam dunia siswa mereka juga punya masalah. Entah itu kekurangan uang jajan, kurang diperhatikan oleh ayah bunda, ribut-ribut dengan teman sebaya, hingga sedang tidak akur dengan saudara.

Bagaimana guru bisa tahu semua itu? Tidak ada cara lain kecuali bermula dari kepekaan. Ketika guru memasuki kelas, maka salam pembuka di kelas adalah kunci. Salam bukan sekadar salam melainkan juga mengamati perilaku siswa.

Adakah dari mereka yang cemberut dan merengut, adakah dari mereka yang lupa bikin tugas, adakah dari mereka yang setengah hati menjawab salam, semua bisa dibaca situasinya oleh guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun