Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Artikel Utama

Begini Cara Sederhana Saya dalam Meminimalkan Learning Loss di Sekolah

18 Februari 2021   11:41 Diperbarui: 18 Februari 2021   16:49 1105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Learning Loss. Gambar oleh AxxLC dari Pixabay 

Secara pribadi, saya bersyukur karena pemda setempat telah melambungkan izin kepada segenap sekolah di daerah untuk menggelar pembelajaran tatap muka walaupun masih terbatas dengan sistem kelas shift serta jam belajar yang dikurangi.

Terang saja, secara teori, pembukaan sekolah secara tatap muka adalah langkah yang paling jitu dalam memerangi learning loss. Ada sistem yang bakal kembali berjalan di kalangan siswa. Mereka bakal kembali bangun pagi, menyiapkan buku ajar, syahdan pergi ke sekolah.

Meski begitu, semakin jam belajar sekolah dikurangi, sebenarnya semakin berkurang pula efektivitas pembelajaran. Maka darinya, saya menempuh beberapa cara sederhana berikut ini:

Pertama, Tidak terlalu memedulikan Target Kurikulum

Selamat tinggal target kurikulum! Saya sudah tidak terlalu peduli lagi dengan target kurikulum nasional (Kurtilas). Kalau saya mengajar dengan bersandar pada tuntutan kurikulum yang sangat padat itu, barangkali anak-anak bakal mual dan kepusingan.

Bahkan, jangankan anak-anak, bisa jadi saya pula kepusingan karena harus mengejar materi-materi tertentu dalam waktu seminimalis mungkin. Ah, siapa yang mau berpusing-pusing ria.

Mendingan saya pilih materi ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa tanpa mengurangi esensinya.

Kedua, Mendesain Materi Ajar yang Sambung-Menyambung

Materi ajar yang sangat padat sejatinya sangat menyusahkan siswa dan guru. Ketika siswa dituntut untuk melahap materi ajar yang banyak, guru pula diharuskan menghabiskan materi dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Ujungnya? Malah sangat sedikit materi yang diingat siswa.

Rugi, kan? Sudah capek kejar-kejaran dengan waktu, siswanya tidak paham pula.

Seperti contoh, di dalam buku siswa biasanya tersedia 5-6 bab materi ajar yang harus dilahap siswa serta disampaikan guru secara "ngos-ngosan" dalam waktu 1 semester dalam kondisi normal. Sedangkan sekarang?

Rasanya mengejar 6 bab materi ajar di era pandemi hampir mustahil, kecuali materi ajar tersebut bisa didesain semenarik mungkin.

Pernyataannya, bagaimana cara mendesain materi ajar yang padat menjadi ringkas? Salah satu jalan yang saya tempuh ialah dengan menautkan beberapa bab materi ajar menjadi satu kesatuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun