Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Jangan "Asbun" Ngomongin Jilbab! (Bagian 2: Tamat)

27 Januari 2021   21:10 Diperbarui: 28 Januari 2021   05:25 2286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebaya Murtad vs Abu Janda. Foto diolah dari beautynesia.id dan Kompas.com/Nursita Sari

Mungkin itu gagasan tersembunyi yang ingin diributkan oleh Abu Janda. Kalau iya, berarti sudah bisa ditebak, bahwa nantinya kebaya akan diperbebatkan dengan baju gamis dan jilbab. Aih, kalau begitu, makin banyak saja kalimat "asbun" yang bakal memedihkan mata dan perasaan kita.

Terang saja, saking sayangnya dan saking niatnya Allah melindungi para perempuan, setelah turun Quran Surah An-Nuur ayat 31, Allah hadirkan pula Quran Surah Al-Ahzab ayat 59 sebagai penguat. Berikut terjemahannya:

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Bayangkan saja, saking sayangnya Allah kepada perempuan, Allah langsung sampaikan ayat kepada Nabi untuk kemudian diberitahu kepada keluarga Nabi terlebih dahulu. Itulah tanda begitu berharga sekaligus spesialnya seorang perempuan beriman diperlakukan.

Syahdan, apakah ayat tersebut turun begitu saja? Tidak. Ada sebabnya, dan sebab itu pulalah yang dapat menjadikan kita lebih bijak dalam menggaungkan gagasan tentang jilbab, kebaya, hingga aurat. Begini asbabun Nuzul ayatnya:

Diriwayatkan oleh Bukhari dari Aisyah ra, setelah turun perintah berjilbab, suatu ketika Saudah -- isteri Rasulullah SAW -- keluar untuk buang hajat. Lalu Umar bin Khattab ra melihatna dan langsung menegurnya. Mendengar teguran Umar, Saudah langsung berbalik pulang. Setibanya di rumah, Saudah langsung mengadu kepada Rasulullah SAW, maka turunlah ayat tadi.

Lebih detailnya, Ustaz Adi Hidayat berkisah bahwa dulu di zaman awal Islam tidak ada toilet sehingga baik laki-laki maupun perempuan di sana biasa buang hajat di bawah pohon-pohon kurma.

Persoalannya, dulu, walaupun ada batas tempat buang hajat bagi laki-laki maupun perempuan, tetap saja masih sering terjadi pelecehan terhadap perempuan oleh para preman di kala itu (umumnya orang-orang Yahudi).

Setelah dilaporkan ke Nabi, alhasil turunlah perintah lanjutan penggunaan jilbab pada QS Al-Ahzab ayat 59.

Dalam ayat tersebut, kerudung alias kudung (Khimar) yang awalnya simpel (baca pada Surah An-Nuur ayat 31), sekarang berubah menjadi jilbab. Jilbab yang dimaksud dalam QS Al-Azhab ayat 59 adalah khimar yang lebih panjang lagi ke bawah alias melebihi dada.

Tujuannya? Diterangkan dalam tafsir ayat al-ahkam karya Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni bahwa tujuan jilbab yang lebih panjang dari khimar adalah untuk melindungi dan menjaga perempuan. Jadi, bagi perempuan yang ingin mendapat cintanya Allah, maka berjilbablah.

Lebih lanjut, dalam Tafsir Al Jalalain karya Al-Imam Jalaluddin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Al-Mahali dan Al Imam Jalaluddin Abdirahman bin Abu Bakar As-Suyuthi diterangkan bahwa:

Jalaabiibu sebagai bentuk jamak dari kata jilbaabun yang berarti pakaian yang menutupi seluruh bagian tubuh wanita. Maksudnya, hendaklah mereka menjulurkan sebagian darinya ke wajah apabila mereka keluar rumah untuk keperluan mereka --- kecuali satu mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun