Tahun 2021, paradigma pembelajaran jelas sudah bergeser. Visi pembelajaran yang dulunya lebih sering berfokus pada sistem tatap muka sekarang sudah berubah menjadi sistem pembelajaran dalam jaringan.
Seiring sejalan, pemanfaatan kanal literasi dan pembelajaran digital makin fleksibel, ditambah lagi dengan bertambahnya kemampuan multitasking seorang siswa. Hal seperti ini sejatinya merupakan kabar baik, bukan?
Tentu saja. Siswa, terutama mereka yang masuk dalam kategori generasi Z dan Alpha adalah para pembelajaran yang mudah bosan. Tapi, keuntungannya, kalau mereka sudah fokus terhadap suatu minat, perjuangannya tidak akan setengah hati alias usaha yang kaleng-kaleng.
Ketika upaya fokus ini mampu kita kaitkan dengan pembelajaran, maka semakin besarlah peluang kemajuan sektor pendidikan.
Di era PJJ, belajar tidak melulu harus terikat waktu, penggunaan metode yang itu-itu saja, atau bahkan menghasilkan pembelajaran yang selalu "wow". Tak ada gunanya jika PJJ digelar secara "wow" namun tak mampu menaungi seluruh siswa untuk sama-sama mengakses pembelajaran.
Maka dari itulah, terkait pemilihan media pembelajaran, maka media pembelajaran yang paling efektif adalah media yang mampu merangkul semua siswa. Contohnya?
Aplikasi Whatsapp.
Meskipun dalam beberapa hari ini aplikasi Whatsapp sedang "terombang-ambing" eksistensinya gegara aturan privasi data yang harus dibagi dengan Facebook, kita tak bisa melupakan peran lain dari Whatsapp yang mungkin masih jarang digunakan guru.
Iya, aplikasi Whatsapp sejatinya mampu menjadi media pembelajaran yang asyik dan menyenangkan.
Apakah itu video call? Bukan.