Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

3 Alasan Mengapa Guru Perlu Terus Menanam Harapan

3 November 2020   19:25 Diperbarui: 4 November 2020   13:01 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustasi Guru Penanam Harapan. Foto diolah dari  Gerd Altmann dari Pixabay dan dokumen pribadi.

"Ah, sekarang kan masih pandemi. Gak perlu muluk-muluk banget deh mengondisikan pembelajaran siswa. Yang penting, mereka masih sempat belajar, sebagai bentuk laporan kepada orang tuanya."

Pernahkah kita dengar pernyataan seperti yang tertera di atas? Tentu pernah, ya. Kalau tidak terucap dari mulut seorang guru, maka ungkapan tadi sempat berseliweran di komentar warganet di media sosial.

Terus terang saja, di awal-awal datangnya pandemi hinggalah hari ini, kata "covid-19" masih menjadi sandaran sebagian orang untuk beralasan. Termasuklah di dalamnya tentang harapan terhadap suksesnya pembelajaran.

Seiring dengan diberlakukannya pembelajaran jarak jauh, harapan akan pencapaian tujuan pendidikan seakan menjadi semu sembari bertumpang pada kata "realistis".

Memang, karena kondisinya tak memungkinkan, kita tak bisa menargetkan hal yang tinggi-tinggi. Tapi, dampaknya?

Sebagai imbas dari keringanan, ada pula sebagian siswa yang enggan untuk mengerjakan tugas via daring. Gurunya sudah chat pribadi ke siswa, ternyata malah di-read saja. Padahal tugas tadi akan dimasukkan sebagai nilai PTS. Kan kita sebagai guru penanam harapan jadi sedih akhirnya.

Kenyataannya, seorang guru sangat perlu untuk terus menanamkan harapan. Apapun situasi dan bagaimanapun kondisi di lapangan, harapan yang terkait dengan kemajuan pendidikan begitu penting untuk terus digaungkan. Mengapa harapan itu penting bagi guru? Berikut alasannya:

Pertama, Harapan adalah Pembeda antara "Guru Betulan" dengan "Guru Kebetulan"

Bahkan, sebelum pandemi hadir ke dunia ini, antara "Guru Betulan" dengan "Guru Kebetulan" sudah tampak bedanya.

Guru betulan punya energi untuk mengajar, niatnya memang tulus jadi guru, serta ingin terus berbakti sebagai pendidik maupun pengajar.

Sedangkan guru kebetulan, bisa jadi mereka kebetulan lulus tes guru, kebetulan dapat lowongan sebagai guru, kebetulan ada tetangga yang butuh guru, serta berbagai jenis "kebetulan" yang lainnya.

Dari kedua jenis kategori guru ini, jelas saja harapan mereka berbeda, kan? Sepertinya begitu. Makin besar gairah dan energi seorang guru dalam mengajar, makin tinggi pula harapan yang ia sandarkan baik untuk kemajuan dirinya maupun siswanya.

Sebaliknya, makin "kebetulan" profesi seorang guru, maka makin kurang pedulilah mereka dengan harapan kemajuan pendidikan anak didiknya. Jangan-jangan, mereka masih meratapi nasib mengapa hari ini cuma jadi guru. Semoga saja tidak, ya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun