Memangnya Ujian Nasional (UN) pernah jaya? Pernah, dong. Coba deh, ingat-ingat masa di mana kita sedang deg-degan menanti pengumuman kelulusan SD, SMP, hingga SMA. Ketika itu, guru terkadang berceramah dan bercerita seakan-akan salah satu dari kita tidak lulus.
Kamu ingat? Nah, kalo kamu ingat, mungkin kita seumuran. Eh, maksudku, kamu lebih tua dariku. Hihihi, selow, Bos!
Menilik sejarah, sejatinya Ujian Nasional itu sudah dilaksanakan berpuluh tahun lalu. Hanya saja, nama ujiannya yang berbeda. Kamu bisa perhatikan secarik gambar di bawah ini:
Sudah lihat, kan? Maka dari itu, tidak salah bila kemudian banyak orang menyebut bahwa penghapusan Ujian Nasional baru-baru ini hanyalah dalih untuk berganti "merek" evaluasi. Toh, tahun depan tiap-tiap satuan pendidikan akan menggelar Asesmen Nasional, kan?
Begitulah.
Melihat periode tahun-tahun perubahan "merek" evaluasi nasional, seakan-akan menyilakan kita untuk menebar prasangka bahwa setiap ganti Menteri, berganti pula Kurikulum maupun sistem Evaluasi Nasional. Padahal, secara mendetail, tak ada perbedaan yang mencolok.
Kembali mengulik tentang UN. Ujian Nasional pertama kali dikenalkan oleh Menteri Pendidikan M. Nuh sejak 2005. Sebelumnya, nama UN lebih dikenal dengan Ujian Akhir Nasional (UAN) yang hanya berjalan dua tahun. dan sebelumnya lagi? UN masih dikenal dengan nama Ebtanas.
Namun, moonmaap, nih. Aku tidak akan mengulik lebih jauh tentang sistem evaluasi Nasional masa lalu. Apalagi sistem evaluasi yang sudah eksis jauh sebelum aku lahir. Susah! Nanti aku bleketekuek (Istilah Bu Weedy Koshino) menerangkannya. Maka dari itu, kita bahas UN saja, ya.
Mengenang "Kejayaan" Ujian Nasional (UN)
Mengapa kusebut kejayaan? Ada beberapa alasan krusial bagiku sehingga "rela" menulis bahwa sejatinya UN itu pernah jaya.