Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Curhat Ramadan Tahun Ini: Gula Aren Kami "Merajuk!"

5 Mei 2020   22:40 Diperbarui: 5 Mei 2020   22:55 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entah mengapa, ramadan tahun ini gula aren kami "merajuk". Dok. Ozy V. Alandika

Padahal, bila merujuk pada awal tahun ini dan juga tahun lalu, produksi gula aren sedang lancar jaya. Apa lagi di bulan ramadan, selain produksi gula aren kami hampir tidak pernah macet, harganya juga cukup stabil dan cenderung menjulang.

Ramadan tahun ini, buah aren alias beluluk sangat sedikit. Dok. Ozy V. Alandika
Ramadan tahun ini, buah aren alias beluluk sangat sedikit. Dok. Ozy V. Alandika

Tambah lagi, tahun lalu kami juga aktif memasak beluluk alias kolang-kaling untuk kemudian dijual sebagai tambahan uang jajan lebaran sang adik. Produksi gula aren lancar, harganya naik, dan ada tambahan penghasilan dari beluluk. Nikmat mana lagi yang mau didustakan!

Namun, kisah bulan ramadan di tahun ini agaknya menjadi ujian yang besar bagi keluarga kami. Entah sedang sakit atau malah tidak enak badan, tiba-tiba saja sejak hari pertama puasa hinggalah saat ini gula aren kami merajuk alias tidak mau kering.

Syahdan, kami cukup bingung dengan fenomena tidak biasa ini. Cuaca harian masih baik-baik saja, tapi entah mengapa kadar air nira sebagai bahan baku terciptanya gula aren malah terlalu asam dan cenderung banyak busa.

Kadar keasaman dan busa nira terlalu tinggi. Dok. Ozy V. Alandika
Kadar keasaman dan busa nira terlalu tinggi. Dok. Ozy V. Alandika

Gara-gara efek itu, gula aren yang sudah berhasil dicetak dalam tempurung/batok kelapa terus melembek dan tidak mau kering. Sebenarnya, postur gula aren yang lembek ini sangat enak untuk dimakan. Rasanya seperti mengunyah permen karet, bisa ditelan dan ngangenin.

Meski demikian, karena sudah memasak air nira dalam waktu 6-8 jam hingga tercipta gula aren, tentu kami sangat mengharapkan agar tumpuan penghasilan ini bisa layak jual.

Karena sikap gula aren yang sering merajuk, akhirnya banyak kayu bakar yang jadi bara sia-sia tanpa bisa jadi gula aren. Bahkan, dari beberapa kali produksi ada pula gula aren yang ngaret dan mengaca, alias membatu. Jadi ya, mau tidak mau harus diolah lagi dan dihancurkan pakai kapak.

Cukup sulit dan rumit sebenarnya. Dari produksi gula aren yang semestinya setiap hari, kali ini berubah menjadi seminggu tiga kali sehingga penghasilan harian pun menyusut.

Tambah lagi dengan harga gula aren yang terkesan dingin dan jalan di tempat. Ya, harganya masih Rp16.000/kg, belum naik dan semoga saja tidak turun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun