Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kadang, Saat Murid Tanya Gaji, Saat Itu Pula Guru Honorer Bersemak Hati

23 Maret 2020   21:11 Diperbarui: 24 Maret 2020   09:51 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by www.qmfinancial.com

Gunanya memberikan pengertian, agar murid tidak ikut larut dalam keresahan seorang guru. Dan gunanya mengubah suasana, agar guru sendiri juga tidak larut dengan penantian gaji.

Jujur saja, pertanyaan seperti ini cukup menguras hati dan perasaan seorang guru honorer. Bahkan, dulu saat menjadi guru honorer saya sempat diterpa pertanyaan serupa dan lebih tajam.

Waktu itu, tepatnya pada tahun 2017 di sebuah SMP favorit. Saat sedang mengajarkan materi zakat profesi di kelas IX, saya sempat dilontarkan pertanyaan oleh seorang murid:

"Pak Ozy, emangnya gaji bapak berapa?"

Foto penulis saat mengajar di SMP dan menjadi inspirasi para mahasiswa yang ingin meneliti metode dan pendekatan mengajar kreatif. Dokumentasi Pribadi
Foto penulis saat mengajar di SMP dan menjadi inspirasi para mahasiswa yang ingin meneliti metode dan pendekatan mengajar kreatif. Dokumentasi Pribadi

Hati saya tersentak karena pertanyaan ini benar-benar tajam. Waktu itu gaji saya masih RP.300.000 dan bibir ini tak kuat hati menjawab pernyataan seorang siswa yang penasaran.

Sontak saja saya berdalih:

"Ado lah, cukup untuk kehidupan Bapak"

Sayangnya murid tadi malah lebih penasaran dan bertanya lanjut:

"Berapo nian, Pak? 3 juta? 2 juta? 1,5 juta? "

Semua praduga dan tebak-tebakan murid saya geleng-gelengkan dengan ucapan "tidak" dan "belum sampai segitu". Jujur saja, tidak kuat rasanya jika saya harus menyebut nominal gaji yang tidak seberapa ini. Terlebih lagi, murid-murid di sana rata-rata orang kaya dan bermobil.

Langsung saja saya ubah suasana dengan memberikan mereka latihan soal tentang menghitung zakat profesi. Dan, waktu pengerjaannya hanyalah 1 menit saja. Semua murid pun kaget dan ngomel "alangkah cepatnyo waktu itu, Pak! Idak sanggup, rasonyo!"

Tak saya tanggapi, malah langsung saya dikte sebuah soal dan menyebut waktunya tinggal 30 detik lagi. Murid-murid pun sudah lupa dengan topik gaji, bahkan wajah mereka seakan centang-perenang kepanikan. Hahaha

Tapi, tenang! Saya tidak sejahat itu. Ungkap saya tentang waktu hanya bersisa 30 detik lagi sebenarnya adalah penanda bahwa bel istirahat segera berbunyi. Satu soal tadi adalah PR dadakan yang sebenarnya tidak saya rencanakan. Duh, kreatif, kan? Hihihi

Barangkali, guru-guru honorer di luar sana juga pernah mengalami seperti apa yang saya kisahkan pada tulisan ini. Keisengan-keisengan para murid di sekolah kadang menjadi tantangan dan kebahagiaan tersendiri bagi guru, itulah yang menjadi warna-warni hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun