"Awali pagimu dengan senyuman..."
Rasanya hampir setiap pagi kita menemukan kata-kata mutiara seperti ini. Merdunya bergantian diucapkan oleh teman, sahabat, orangtua, serta pejabat publik lewat kata sambutan atau postingan terbaru di media sosial.
Begitu pula dengan guru, hampir setiap pagi guru menyemangati siswa dengan mengajak mereka untuk terbiasa memulai hari dengan senyuman. Setiap upacara hari Senin, setiap kegiatan kerohanian hari Jumat, bahkan hampir setiap temu pagi juga disampaikan.
Terang saja, biarpun siswa hari ini masih kekurangan uang jajan namun ketika mereka terbiasa untuk senyum, secara tidak langsung mereka telah belajar untuk tidak berkeluh berkepanjangan.
Masih anak-anak saja sudah pandai ngeluh? Dewasanya mau jadi apa? Kan, tidak ada lowongan pekerjaan yang menerima lulusan S-1 keluh!
Namun, perasaan dan sikap siswa seringkali tidak bisa ditebak. Meskipun berkoar-koar guru menasihati mereka agar memulai pagi dengan senyum, tetap saja ada sebagian dari mereka mulai berwajah mendung saat jam pertama belajar di mulai.
Tepuk semangat sudah, literasi sudah, menyanyikan lagu nasional sudah, tapi saat duduk mulailah lesu bertamu. Padahal tidak ada yang mengundang, selain....perut. Ya, barangkali siswa tadi belum sarapan.
Awali Pagi dengan Sarapan
Terang saja, nenek moyang kita dulu hebat-hebat dan memiliki tingkat ketahanan fisik yang hebat pula. Mereka tidak mudah terserang penyakit walau sehari-hari digigit nyamuk. Beda dengan siswa hari ini, yang salah makan sedikit saja bisa langsung demam.
