Misalnya tentang anak muda yang belum kunjung menikah. Pendekatan ini dan itu sudah dilakukan, perbaikan diri juga selalu dibenahi. Teman-teman, sahabat dan tetangga juga merekomendasi. Tapi? 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, bahkan 1 tahun masih berbuah KANDAS. Hohoho
Jika sudah seperti ini, maka yang bisa menjawab dan membalas kesabarannya hanyalah Tuhan semata. Pilihan manusia mungkin terbaik bagi manusia, tapi belum tentu terbaik bagi Tuhan.
Sabar kadang kala balasannya tidak melulu tentang apa yang kita inginkan, melainkan apa yang kita butuhkan. Kelihatan dan kedengarannya kadang menyakitkan, mengecewakan, dan iri jika dibandingkan. Tapi, buah sabar selalu manis bukan?
Karena itulah sabar bukan berarti menerima dengan lapang dada semata. Sabar bukanlah perilaku statis melainkan dinamis. Artinya ada usaha yang mengiringi sabar itu. Jika sabar itu statis, maka tiada buah yang bisa dipetik.
Katakanlah seperti supir angkot yang bersabar menunggu penumpang. Di jalan raya, mungkin ada satu angkot yang lewat setiap detiknya. Setiap angkot menjemput penumpangnya, mencari orang-orang yang melambaikan tangan.
Bayangkan jika supir angkot hanya sabar menunggu, maka tiada buah manis yang bisa ia petik. Buah-buah manis dari kesabaran itu malah dipetik oleh supir angkot lainnya yang terus berusaha mencari penumpang.
Akhirnya, sabar itu tidak lepas dari usaha maksimal. Usaha sudah dilakukan, sabar sudah dibiasakan, doa sudah dilantunkan, berarti tinggallah keyakinan bahwa sabar akan berbuah manis. Buah itu akan segera tiba pada waktu terbaiknya, karena sabar itu unlimited.
Salam.