Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bukan Mendengarkan, Belajar Hari Ini adalah Mengalami

13 Januari 2020   22:32 Diperbarui: 14 Januari 2020   06:41 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Katakalah seperti jenjang PAUD dan SD. PAUD memprioritaskan siswa agar mengalami berbagai situasi dan suasana kehidupan yang ada didekatnya.

Sewaktu di PAUD saat siswa mendengar kata memanjat, mereka segera mengalami bagaimana itu memanjat. Saat siswa mendengar kata main bola, mereka segera mengalami bagaimana itu bola berikut dengan cara mainnya. Saat siswa mendengar kata ayunan, mereka segera mengalami bagaimana itu berayun.

Wah, seperti ini ukuran bola, bentuk bola, warna bola serta cara bermain bola. Wah, seperti ini bentuk apel, warna apel, biji apel, dan cara makan apel. Semua hal yang mereka dengar, segera mereka alami hingganya lahir kesan yang tertinggal dan tak terlupakan.

Soal karakter juga demikian. Di PAUD sudah diajarkan bagaimana cara salaman, cara mengucapkan salam, cara makan yang baik, cara berbicara yang baik, hingga cara bersikap yang baik. semua dibalut dengan suasana menyenangkan.

Dan ketika di SD, SMP serta SMA? Dulunya metode yang paling dikenal sekaligus kurang disukai siswa SD adalah dikte. Mencatat hingga waktu habis, bahkan sampai berlembar-lembar.

Dan yang lebih menyedihkan adalah metode merangkum. Bagaimana tidak sedih, guru datang kasih tugas halaman ini sampai itu, disuruh catat, lalu gurunya ngobrol di ruang guru. Hmmm, semoga tidak terjadi lagi, ya...

Karena belajar hari ini adalah mengalami, maka menceritakan bukanlah mengajar, mendengarkan bukanlah belajar. Jika belajar itu adalah mengalami, maka mengajar itu adalah memfasilitasi kegiatan belajar agar siswa mengalami.

Maknanya, tidak melulu guru mesti jadi pusat perhatian di kelas. Jujur saja, mengajar hari ini sungguh lebih capek jika orientasi belajarnya adalah guru. Siswa milenial cepat bosan, cepat hilang kesan, dan kritis dengan metode lawas.

Mengajar siswa SD tentang tumbuhan singkong misalnya. Agaknya guru hari ini tidak perlu lagi panjang lebar cerita tentang bentuk singkong, warna singkong, rasa singkong, atau cara menanam singkong.

Guru hanya perlu ajak siswa keluar kelas dan cari yang mana itu pohon singkong. Biar siswa sendiri yang menjelaskan seperti apa itu singkong, bagaimana bentuk batangnya, bentuk daunnya, hingga jumlah singkongnya. Sekalian, biarkan siswa mencoba untuk menanam singkong itu di dekat rumah serta memasaknya.

Dan akhirnya? Tuntaslah pelajaran tentang singkong. Jika siswa disuruh menceritakan apa yang ia alami, maka rasanya mereka lebih antusias bercerita daripada gurunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun