Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Jangan Bebankan Guru SD dengan Administrasi Mengajar yang Ruwet

1 November 2019   17:28 Diperbarui: 26 November 2019   07:28 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru mengajar. (Sumber: Lyceum.id)

Jika guru dinilai kurang profesional, nantinya berkesan negatif kepada kinerja kepala sekolah selama ini. Muncullah pandangan bahwa selama ini ternyata guru tidak begitu diperhatikan oleh kepala sekolah. Padahal, kepala sekolah berkali-kali sudah mengingatkan.

Uniknya, walaupun pengawas sudah datang dan memeriksa perangkat mengajar, guru tetap sibuk untuk melakukan revisi perangkat mengajar. Bisa melalui perkumpulan guru tingkat mata pelajaran, tingkat kecamatan, maupun tingkat kabupaten.

Karena perangkat pembelajaran itu begitu banyak dan kepala para guru berbeda warna rambutnya, maka pembahasan perangkat selama 3-4 pertemuan tidak akan selesai. Wah kasihan guru-guru yang sudah berumur, agaknya mereka mabuk kepahiang!

Guru SD Tahu Administrasi Pembelajaran Itu Wajib, Tapi ....

Sederhanakanlah!

Agaknya, perangkat pembelajaran yang selama ini menjadi kewajiban guru itu sangatlah ruwet. Di samping jumlahnya yang banyak, perangkat pembelajaran juga harus terupdate pada setiap tahunnya.

Kadang para guru banyak yang kesal dan mengeluh:
"Buku revisi tahun 2018/2019 saja belum sampai, kok perangkat pembelajarannya harus 2019?"

Guru mau berdalil dari mana? Atau boleh mengarang? Rasanya hampir mustahil guru bisa menghafal ribuan halaman perangkat mengajar mereka. Toh ujungnya kebanyakan dari guru juga masih berpedoman pada buku paket dan isu aktual terkini.

Ketetapan metode, model, dan pendekatan pembelajaran juga sebenarnya "terserah kepada guru". Guru yang lebih tahu kesanggupan muridnya. Guru juga lebih tahu tentang tingkat ketercapaian siswa terhadap kompetensi, dan mereka pula lebih tahu bagaimana cara mengajar yang efektif.

Jika memang pemerintah menuntut kurikulum pembelajaran SD harus sebanyak A dan harus dicapai dalam waktu B minggu, maka sederhanakanlah beban guru terhadap perangkat mengajar.

Jika memang guru itu profesional, mereka pasti khawatir dan takut jika harus meninggalkan kelas dan membiarkan siswa telat mendapatkan ilmu.

Digantikan oleh guru lain? 1-2 kali mungkin bisa, tapi bagaimana jika sudah lebih dari 5 kali pertemuan? Bukankah guru lain juga sibuk buat perangkat? Dan bukankah seharusnya guru harus lebih banyak berkomunikasi dengan siswanya?

Jika saja perangkat mengajar guru lebih sederhana, tidak ruwet, dan tidak begitu banyak mengeluarkan modal rasanya guru akan lebih nyaman dalam mengajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun