Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru PAUD Tidak Perlu Mengajar Baca Tulis? Wow, Bisa-Bisa Anak Makin Pincang!

4 Oktober 2019   23:05 Diperbarui: 4 Oktober 2019   23:10 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru PAUD. (www.indonesiainside.id)

Perkembangan pendidikan di Tanah air mau tidak mau telah mengubah persepsi sebagian besar masyarakat, terutama pada orangtua. Tuntutan sekolah dan kurikulum di setiap tingkatnya, menyebabkan para orangtua harus lebih dan super aktif dalam mendidik anak-anaknya.

Contohnya seperti memasukkan anak ke TK atau PAUD. Sebenarnya Ijazah PAUD bukanlah syarat wajib untuk bisa masuk SD, bahkan sampai detik ini. Hanya saja, paradigma yang berkembang di kalangan masyarakat melahirkan kesan bahwa ijazah PAUD seakan wajib sebagai syarat anak daftar SD.

Sikap para orangtua yang dahulunya memasukkan anak mereka ke PAUD karena gengsi dan ikut tren, sekarang sepertinya sudah menjadi kebutuhan. Darinya, terkuak alasan-alasan yang kemudian menjadi "tuntutan berlebihan" tentang mengapa orangtua memasukkan anak mereka ke PAUD.

Salah satunya adalah tuntutan anak untuk bisa baca tulis. Kompetensi dasar yang seharusnya baru digenjot saat anak sudah masuk SD malah terkesan dikebut sejak PAUD. Padahal, PAUD sejatinya adalah tempat anak-anak untuk bermain. Namanya saja Taman Kanak-Kanak.

Kenyataan ini segera ditanggapi oleh Anies beberapa waktu yang lalu. Setelah meresmikan PAUD Setya Bakti di bilangan Pondok Kopi, Jakarta Timur, Sabtu (28/9/2019) kemarin, Anies memberikan pernyataan yang agaknya kontroversial. Beliau mengatakan bahwa:

"Pastikan anak-anak belajar dengan senang dan bahagia. Tidak perlu diajari baca-tulis. Jangan, kalaupun ada orangtua yang memaksa. Esensi PAUD adalah memberi ruang anak-anak bertumbuh secara aktif."

Anies pula menambahkan bahwa dahulu dirinya duduk dibangku TK selama 4 tahun, dan selama itu pula kegiatan di TK hanya bermain-main saja. Beliau mulai belajar baca-tulis di kelas 1 SD, dan tetap bisa mengimbangi rekan sebayanya.

Agaknya, kisah Anies tempo dulu tidak bisa disamakan dengan kenyataan hari ini. Terang saja, Anies yang sekarang sudah berusia 50 tahun. Berarti, beliau masuk TK sekitar tahun 1974. Sedangkan saya dan rekan-rekan yang masuk SD pada tahun 2000an tidak pernah mengenyam pendidikan TK.

Walaupun pernyataan Anies sejatinya adalah untuk menggali kembali gairah dan esensi PAUD, tetap saja ini semakin membuat kurikulum 2013 pincang dan tumpang tindih.

Kurikulum 2013 Yang Tumpang Tindih dan Anak-Anak Yang Semakin Pincang

Tidak terpungkiri bahwasannya prinsip pokok PAUD adalah bermain. Namun hakikat bermain sejatinya lebih dari itu. Prinsip bermain di PAUD sebenarnya mirip dengan kue lapis. Entah itu bermain sambil belajar ataupun belajar sambil bermain, tetap ada berbagai harapan yang terselip di setiap lapisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun