Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan featured

Kesaktian Pancasila di Tengah Kesakitan Generasi Muda Milenial

1 Oktober 2019   20:09 Diperbarui: 1 Oktober 2021   07:09 1272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelajar SMAN Bangsal Mojokerto Saat Mengikuti Upacara Hari Kesaktian Pancasila. (inilahmojokerto.com)

Agaknya, peringatan Hari Kesaktian Pancasila tahun ini tidak begitu heboh dan antusias. Beberapa kali kita renungkan, semakin ke sini ternyata semakin menyentuh kewajaran. Kesaktian Pancasila seakan ditutupi dengan kabut emosi seiring dengan sibuk dan ramainya negeri ini.

Politisi? Mungkin sibuk mengamati Senayan dan sepak terjang anggota Dewan sembari mencari-cari hal unik darinya.
Mahasiswa? Mungkin sibuk berkoar menyuarakan hak rakyat.
TNI/POLRI? Mungkin sibuk memagari negeri dari kekacauan.
Masyarakat? Mungkin sibuk memungut tangisnya sendiri sambil melawan pedihnya bencana.

Generasi Muda? Tidak sibuk-sibuk amat. Mungkin malah senang dan berharap pulang cepat karena guru-guru akan mengikuti upacara peringatan Kesaktian Pancasila.
Lalu mereka sibuk apa? Rasanya dari malam tadi mereka sibuk chat teman-teman sambil main game online. Paling hanya ada satu atau dua yang share tulisan dan snap-snap tentang Pancasila.

Agak miris kiranya momentum Kesaktian Pancasila hanya dijadikan sebagai ajang ingat tragedi dan duka, atau bahkan sekadar ajang mendengar amanat "orang penting" saat upacara. Terang saja, peserta upacara yang menyimak amanat hanya beberapa persen saja. Sisanya? Yang penting hadir. Hmmm.

Terlebih lagi jika mulainya ngaret. Peserta upacara lebih menyimak panasnya matahari sembari berdoa "cepatlah selesai!" dari pada harus fokus mendengar amanat. Kegiatan sakral yang mestinya disambut dengan harapan cerah, malah diselipkan dihujani dengan gerimis-gerimis antipati.

Itu masih di kalangan pejabat, pegawai, serta karyawan-karyawan kantor. Bagaimana jika siswa sebagai generasi muda bangsa yang menjadi pesertanya?

Jujur saja, kita sangat khawatir jangan sampai ideologi Pancasila dirasuki dengan paham-paham komunis seperti yang dikatakan Anies Baswedan. Maka dari itulah Anies berpesan agar masyarakat dapat terus menghadirkan nilai-nilai Pancasila.

Kita tentu sangat setuju dengan ini. Akan sangat baik jika momentum Kesaktian Pancasila dijadikan mesin pemacu agar masyarakat terus dan tetap menghadirkan nilai-nilai Pancasila. Namun, lagi-lagi kita memiliki ketakutan yang lebih besar terhadap generasi muda.

Terus terang saja, jika kita menyampaikan nasihat kepada masyarakat sebagai orang dewasa, tentu mereka akan berpikir dua kali untuk menerimanya. Bisa jadi mereka punya tanggapan yang berbeda, atau malah punya urgensi masing-masing untuk menetapkan mana yang lebih penting.

Dari perbedaan-perbedaan itu, tentu kita tak perlu berdebat berkepanjangan karena memang semuanya mengarah kepada satu tujuan, yaitu kembali kepada Pancasila. Hanya pendekatan dan sudut pandangnya saja yang berbeda.

Tapi jika nasihat ini sampai di telinga generasi muda, akan lain ceritanya. Mereka mungkin sudah sangat hafal dengan Pancasila, bahkan anak kelas 1 SD pun sudah lancar dan hafal. Tapi, apakah mereka sudah tahu maknanya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun