Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Santailah di Medsos dan Seriuslah di Kehidupan Nyata

17 September 2019   23:20 Diperbarui: 20 September 2019   14:09 1206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penggunaan media sosial (Sumber: Mirror.co.uk)

Di medsos tampak kerjanya begitu rajin, padahal di dunia nyata hanya "pencitraan". Di medsos tampak begitu berani berkata-kata kotor, namun ketika meet-up di dunia nyata malah pura-pura "kelilipan". 

Bahkan di medsos kelihatan sangat perhatian, rajin, peduli, dan penuh dengan cinta kasih, tapi di dunia nyata malah kebalikannya. Huufh. Gombal, kucing dalam karung, atau buaya?

Tak Perlu Emosional berlebihan

Dalam bermedsos, beberapa orang seringkali tak kenal dengan situasi. Update status sedih dibalas dengan emoji tertawa bahkan meme-meme lucu. Status sosialisasi dan pembangunan malah dikomentari dengan hinaan berlebihan kepada pemerintah.

Tidak yang tua tidak yang muda. Tidak yang bekerja tidak yang pengangguran. Tidak emak-emak juga ibu-ibu sosialita. Semua sama saja. Keadaan ini akan lebih tampak ketika mereka berada di grup medsos.

Jika ada berita viral yang dibagikan ke grup medsos satu saja, mulailah "rame". Ironisnya, berita duka seperti kecelakaan dan bencana saja masih bisa ditanggapi berlebihan, terlalu emosional menanggapi berita. Belum tentu berita itu benar sepenuhnya. Bisa saja berita editan atau berita lama yang sengaja diedit.

Kadang pula kita temui berita kecelakaan di medsos, isi komentarnya adalah menyalahkan si korban, menyumpahi pemerintah, dan bahkan ada yang buat rusuh dengan komentar, "ayo viralkan, viralkan!"

Jangan-jangan di kehidupan nyata, ketika mereka bertemu dengan orang yang sedang kecelakaan, mereka hanya "update status" dan buat postingan viral saja. Mana hatinya om? Apakah sudah mati, atau tertinggal di dalam dompet!

Santailah dalam bermedsos. Tak perlu marah sampai mencaci maki dan menyebut segala jenis kotoran dan hewan. Jangan kira komentar seperti itu menunjukkan kehebatan, malah kehinaan diri sendirilah yang tampak darinya.

Tak Perlu Fanatik Kelewatan

Tak jarang, beberapa kali ditemukan sikap sukuisme di medsos yang berujung pada fanatik berlebihan. Lagi-lagi ini sering muncul di grup media sosial. Niat awalnya bagus, mungkin karena mau minta solusi, jajak pendapat, ataupun menanti sikap cepat tanggap pemerintah melalui medsos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun