Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Audisi Umum PB Djarum Berhenti: Atlet Akan Bangun Kesiangan

9 September 2019   21:36 Diperbarui: 9 September 2019   21:43 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Si Kembar dari Manado Sukses Raih Super Tiket pada gelaran Audisi Umum PB Djarum 2018. (sumber: pbdjarum.org)

Semua penduduk bumi Indonesia agaknya kaget dan tersentak melihat aksi PB Djarum yang akan memberhentikan Audisi Umumnya pada tahun depan. 

Padahal, niat awal KPAI sejatinya adalah untuk membongkar kasus eksploitasi anak yang selama ini samar-samar tak berdengung. Tepatnya, masih anggapan. Karena belum ada data aktual yang mencuat sejauh ini.

Memang benar bahwa beberapa LSM telah menuding PB Djarum atas logo/Merk rokok yang tercantum di kostum anak, sampai-sampai mereka mengadakan rapat "mendesak" dengan berbagai Kementerian. Namun, hal ini segera dibantah oleh "Orang Dalam" Bulutangkis itu sendiri.

Seperti halnya Imam Nahrawi dalam akun Instagram-nya yang menyatakan bahwa "Audisi PB Djarum mesti jalan terus, karena tak ada unsur eksploitasi anak. Bahkan Audisi Djarum telah melahirkan juara-juara dunia. Lagi pula olahraga itu dukungan butuh sponsor. Ayo lanjutkan." @nahrawi_imam

Begitupun dengan Susy Susanti yang sekarang sudah menjabat sebagai Kabid Pembinaan dan Prestasi PBSI. Dalam lansiran Kompas.com, Susy sangat menyayangkan pandangan KPAI yang terkesan menilai dari pucuknya saja. Susy menambahkan, jika ajang pencarian bakat pebulutangkis ini berhenti, dampaknya akan terasa hingga 1 generasi.

Bahkan agar polemik ini cepat selesai dan bijak ditanggapi, Davin Arkana mengadakan petisi kepada Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dengan judul bubarkan KPAI. Seperti dalam lansiran change.org, petisi ini sudah di tandatangani hampir 5.000. Dan jumlahnya akan terus bertambah.

Jika pencarian bakat ini ditutup, Tentu saja akan sangat merugikan. Dan jika sampai terjadi, prestasi apalagi yang ingin kita banggakan. Sepakbola? Hmm, lihat sendiri bagaimana sakitnya kita menonton pejuang negeri sendiri selalu kebobolan dan kalah.

Padahal, liga-liga usia dini seperti U-16 dan U-19 terus berjalan. Turnamen-turnamen sepakbola internasional usia dini kita terus juara. Tapi ketika mulai memasuki U-23 dan senior, semua macet. 

Bahkan, petinggi sepakbola lebih memilih pemain naturalisasi daripada ratusan juta penduduk bumi Indonesia yang bisa main bola. Makin miris jika prestasi bulutangkis ikut-ikutan "macet".

Jangan sampai keruwetan bulutangkis Indonesia jatuh dan tenggelam ke sumur terbawah. Apalagi jika sumur itu sudah kekeringan, maka tak ada lagi harapan untuk hidup. Sudah luka, cacat, tak bisa naik, tak ada uluran tangan, bahkan mati. Lengkap sudah penderitaan.

Semua Atlet Juga Pasti Diharamkan Merokok

Walaupun Brand utama Audisi Umum bulutangkis anak muda ini adalah perusahaan rokok, bukan berarti semua anak yang mengikuti Audisi merokok pula. Tidak pula mungkin pelatih dan wasitnya memamerkan cara merokok didepan anak-anak bangsa ini.

Jersey dengan logo Djarum Badminton Club.(sumber: pbdjarum.org)
Jersey dengan logo Djarum Badminton Club.(sumber: pbdjarum.org)

PB Djarum sudah begitu kaya, sehingga rela memberikan sumbangsih berupa beasiswa-beasiswa untuk anak muda. Bukan hanya beasiswa olahraga saja, mereka juga ikut memberikan sumbangsih untuk pelajar-pelajar di Indonesia yang beprestasi.

Jika sudah seperti itu, apa mungkin dengan menjadikan anak-anak sebagai "sales rokok" akan mendongkrak pendapatan mereka?

Kita tak bisa menutup lupa atas prestasi-prestasi yang terukir indah untuk Indonesia. Lihat saja torehan prestasinya M. Ahsan, Kevin Sanjaya, bahkan Alan B. Kusuma. Persembahan mereka untuk Indonesia tidak cukup bagi kita untuk sekedar menghapus air mata haru dengan 1 pack tissue.

Apakah mereka merokok? Apakah pekerjaan sampingan mereka jadi sales rokok? Tentu saja tidak. Kalau sudah jelas tidak seperti itu, bahkan hingga bertahun-tahun lamanya, kenapa baru mencuat beberapa hari ini? Apakah tidak mencoreng doa dan harapan besar HAONAS!

Bukan hanya atlet bulutangkis saja yang diharamkan merokok, tapi semua atlet dari berbagai jenis olahraga. Maka darinya, kita tidak bisa hanya menilai seseorang itu perokok dan sales rokok hanya dari pakaiannya.

Misalnya jika ada seorang kakek penjual ember lewat didepan rumah kita. Kakek itu sejatinya bukanlah perokok, tetapi dia memakai baju dengan lambang rokok. Apakah kakek itu seorang sales rokok? Tentu tidak, karena ia tetaplah penjual ember.

Jika dituduh sebagai sales rokok, bahkan tukang ember yang mengeksploitasi dirinya dan Emak-Emak hanya karena bajunya. Tentu saja kakek ini akan sakit hati. Walaupun sosok yang menuduh itu tidak ada niat sedikitpun untuk menyakiti hati Si kakek.

Seperti inilah kiranya akibat negatif dari tudingan KPAI. Biarpun KPAI ngakunya tak ada niat sedikitpun untuk memberhentikan Audisi Umum bulutangkis, tetap saja PB Djarum, Atlet, Orangtua Atlet, bahkan PBSI pun tersakiti.

Haonas, Para Atlet Akan Bangun Kesiangan

"Prestasi yang saya punya tidak saya dapatkan begitu saja. Ada perjuangan dan pengorbanan yang harus dibayar. Saya selalu bangun lebih pagi sebelum atlet lain bangun dan memulai latihan sebelum yang lain mulai. Menjelang olimpiade, saya sampai harus off dari semua media sosial hanya untuk bisa lebih fokus berlatih. Harus disiplin dan berjuang dengan giat agar bisa berprestasi." @natsirlilyana.

Pernyataan Butet di atas agaknya telah mewakili anak-anak muda bangsa yang saat ini bekerja keras untuk membanggakan Indonesia. Tidak ada istilah "kesiangan", jika ingin jadi altet terbaik bangsa. Artinya, telah mereka pupuskan sendiri rasa putus asa dengan selalu berjuang lebih pagi setiap hari.

Tentu kita bisa bayangkan bagaimana gilanya perjuangan seseorang untuk meraih beasiswa. Terlebih lagi jika harapan mereka selalu dipupuskan dengan krisis moneter yang melanda keluarga.

Sungguh ini lebih gila lagi. Saat orangtuanya yang bekerja keras, maka seakan keringat darahlah yang bercucuran. Dan saat anaknya berjuang, mungkin tangan dan kaki mereka sudah "ber-kapalan darah." Jika seperti ini, beasiswa-lah yang akan jadi obat penawar luka-luka mereka.

Jika tak ada beasiswa dan audisi lagi?
Mati harapan anak-anak muda dan orang tua pecinta bulutangkis. Mereka yang selama ini berjuang untuk mendapat kesempatan yang lebih baik, kini hanya akan "bangun kesiangan" sambil menanti fajar harapan yang "siapa tahu" akan muncul lagi.

Harusnya pemerintah dengan cepat dapat membangkitkan kembali gairah anak-anak kita. Jangan sampai mereka terbiasa "bangun kesiangan" bahkan "buncit" di usia muda karena kembali memakan harapan fana.

Cukuplah para koruptor saja yang perutnya "buncit" karena uang haram. Kita ingin melihat kembali atlet-atlet muda yang tegap, senyum, dan kekar. Tentu saja mereka akan lebih kekar dengan berhiaskan medali emas di leher. dan itu adalah doa kita bersama.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun