Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merdeka, Saatnya Selipkan Nilai Multikultural

17 Agustus 2019   10:20 Diperbarui: 17 Agustus 2019   10:43 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar hasil olahan pribadi.

Sebagai negara dengan keberagaman flora, fauna, bahkan etnis kita tentu bangga. Tapi mengapa, kebanggaan ini seakan tercemar dengan "ketidaksanggupan" kita dalam mengurus negeri yang bermacam etnik ini. Memang, ini adalah bentuk kemajemukan dan bentuk keragaman. Bukankah seharusnya menjadi lebih kaya?

Indonesia: Negara Yang Mengelola Banyak Etnis

Sejenak kita lihat negara-negara Arab. Secara Etnis mereka sejatinya adalah satu kesatuan, yaitu bangsa Arab. Hebatnya, mereka membentuk Liga Arab yang terdiri atas 22 anggota yang didirikan oleh  Mesir, Irak, Lebanon, Arab Saudi, Suriah, Yordania, dan Yaman pada tahun 1945 di Kairo. (id.Wikipedia).

Tujuan mereka jelas, yaitu untuk mempertahankan kesukuan Bangsa Arab, baik dari segi bahasa, hubungan diplomatik berbagai bidang, hingga membebaskan negara-negara Arab yang masih dijajah. Maka dari itulah mereka bergabung dalam satu kesatuan Liga Arab untuk menguatkan dan mempertahankan Etnis Arab.

Indonesia malah sebaliknya. Kita yang terdiri atas beragam etnis dari Sabang-Merauke di kelola oleh satu negara, yaitu Indonesia. Terang saja ini berat, karena isu-isu yang berkaitan dengan etnis sangatlah "sensitif".

Karena warna kulit orang bisa ribut, karena agama warga bisa perang, karena logat bahasa orang bisa cekcok, karena batas tanahpun orang bisa sebunuhan. Belum lagi perihal lain, seperti fenomena kesamaan ras yang menyebabkan seorang pasangan gagal nikah. Hal seperti inilah yang menjadi keributan di sana-sini.

Hebatnya, keberagamaan etnis, suku, ras, budaya, agama, serta bahasa dimanfaatkan secara "suka-suka" oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Misalnya membuat konflik dengan mengatasnamakan salah satu agama. 

Tujuannya adalah membuat agama itu buruk dipandangan orang lain. Dari sini akan muncul keributan dan menjelekkan agama. Padahal yang jelek adalah orangnya, bukan agamanya!

Sejatinya, semua agama tidak ada yang mengajarkan keburukan. Agama malah mengajarkan tentang ketaatan dan keimanan kepada Tuhan, hubungan manusia dengan sesamanya bahkan dengan lingkungannya. 

Agama adalah perihal kebenaran mutlak yang tidak terbantahkan, karena semua dasarnya lahir dari Tuhan, bukan dari akal manusia yang relatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun