Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wanita Itu Sifatnya Menunggu

3 Agustus 2019   21:41 Diperbarui: 24 Juni 2021   08:29 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jodoh itu perkara yang tak pasti kapan datangnya. (gambar dari pixabay.com)

"Wanita yang menunggu jodoh itu, ibarat anak sekolah yang sedang menunggu angkot. Kadang, ada angkot yang bagus, tapi isinya penuh. Kadang pula ada angkot yang banyak kursi kosong, tapi agaknya jelek. Akhirnya, karena terburu-buru naiklah ia angkot yang biasa-biasa saja. Daripada telat".

Pernyataan diatas agaknya mewakili ulasan bahwa sejatinya wanita itu terkesan menunggu. Terang saja, kurang rasional kiranya bagi wanita jika harus mengumbar dirinya untuk segera menatap janur kuning. Terlebih jika sudah memasuki usia "rentan" di atas 25 tahun, kepanikanlah yang mulai melanda.

Belum lagi dengan ramainya tekanan dari keluarga dan orang-orang terdekat yang setiap saat berpekikkan "kapan nikah, kapan nikah", hingga ditinggalkan satu demi satu sahabat karena sudah "laku" duluan. Keadaan ini kadang tambah parah dengan seringnya wanita pergi "kondangan". Bagaimana tidak baper, dalam sebulan bisa sampai lima kali menatap pelaminan, seorang diri pula.

Baca juga: 90 Persen Wanita di Dunia Menginginkan Tipe Pria Seperti Ini

Sejatinya, perihal jodoh itu hanya akan datang jika sudah sampai tanggalnya. Tanggalnya pula ditetapkan sejak zaman azali. Mirip halnya dengan kematian, yang tak terduga kapan sampainya. Meski demikian, wanita juga perlu meluruskan sikap, antara lain:

Jangan Terlalu Pemilih

Cukup pelik dan gusar kiranya jika wanita terlalu banyak pertimbangan. Idealnya memang tidak salah. Wajar saja, semua wanita pasti ingin yang terbaik untuk dirinya. Seperti halnya perumpamaan pada awal tulisan diatas, wanita itu di ibaratkan dengan anak sekolahan, dan jodohnya ibaratkan angkot.

Terang saja, laki-laki yang mapan itu banyak, sebanyak angkot bagus yang lewat dijalan raya. Tapi, banyak pula penumpangnya. Ini berarti bahwa cukup susah bagi wanita untuk memilih jodoh yang mapan, apalagi ukuran mapannya "tingkat tinggi". Mirisnya, beberapa wanita seakan berpacu dengan "waktu" karena takut tidak laku lagi. Akhirnya, memilih jodoh yang biasa-biasa saja, asalkan cocok.

Itulah sejatinya makna hakiki jodoh. Tidak harus sempurna dan mapan, karena memang ukurannya relatif. Memang banyak yang mapan, tapi belum tentu cocok. Laki-laki memandang  wanita juga seperti itu. Begitu banyak wanita yang cantik dan indah terpandang mata, tapi soal cocok dan chemistry, belum tentu ada jika belum waktunya jodoh datang.

Baca juga: Wanita, Berumur, Pengen Kawin, Jangan Khwatir, Brondong Suka

Jangan Terlalu Menutup Diri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun