Mohon tunggu...
Ozzi Traveler
Ozzi Traveler Mohon Tunggu... Jurnalis - manusia biasa suka jalan-jalan

Jurnalis, Penulis, Traveler

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seandainya... AHY Didengar!

18 September 2020   18:58 Diperbarui: 18 September 2020   18:59 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sore itu (Kamis, 17 September) cuaca kota Bandung sangatlah cerah. Matahari masih menampakan terang cahayanya ke lantai bumi. Waktu masih menunjukan jam 4 sore. Tampak segerombolan Bapak-bapak tengah asik bercengkrama sembari mengobrol serius dekat dengan pos satpam komplek rumah saya. Rupanya, berkumpul hanya sekedar menghabiskan waktu jelang azan Magrib berkumandang. Ojek yang saya tumpangi melintas di depan mereka dengan sapaan khas Sunda, Punteeen!! Terdengar sayup, eh pak ozi sudah datang..

Tak lama kemudian, saya pun nyamperin sekedar basa basi. Karena saya baru datang dari Jakarta.  Obrolan pun terjadi. Bahkan sampai kepada obrolan yang menurut saya cukup berat untuk dibahas, yaitu soal politik tanah air. Salah satunya soal keadaan Jakarta paska Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kembali menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Entah penasaran dengan isu yang berkembang mengenai kondisi Jakarta yang semakin hari jumlah korban pandemic Covid-19 bertambah. Atau hanya sekedar basa basi karena saya sudah lama tidak pulang ke Bandung karena padatnya pekerjaan yang tidak bisa ditinggal.

Di tambah dengan berita duka yang datang dari Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah yang wafat karena terserang virus corona pada Rabu, 16 September lalu.

 "Bagaimana keadaan Jakarta saat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kembali menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar sejak Hari Senin lalu?" tanya teman yang juga satu komplek dengan saya di kawasan Bandung Selatan.

Pertanyaan spontan tersebut muncul karena tetangga itu begitu peduli dengan saya. Untuk pertama kalinya juga, kekhawatiran tetangga karena saya datang dari kota yang notabene merupakan daerah terjangkit covid-19 terbanyak dalam waktu beberapa hari belakangan.

Seketika jawab singkat pun keluar dari mulut saya, "Alhamdulilah pak, Jakarta sudah menerapkan kembali PSBB. Ya, benar Jakarta merupakan kota yang paling banyak terjangkit virus Corona. Terlebih berita ini jadi besar disebabkan Sekretaris Daerah DKI Jakarta meninggal dunia diakibatkan virus itu," terang saya menjelaskan kondisi Jakarta.

Tetiba, dari tetangga lainya ikut menyeletuk menyampaikan informasi yang menurut saya sangat bermanfaat. Di mana anak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), AHY sejak awal sudah memberikan peringatan dan saran kepada pemerintah pusat untuk mengambil langkah lockdown. Tapi tidak didengarkan oleh Pemerintah.

Selain itu, AHY juga merupakan seorang tokoh muda yang visioner dan patriot. Diapun pengingatkan AHY pernah menyerukan rekonsiliasi bangsa di awal pandemic menyerang NKRI.

"Ya, itulah politik pak, kadang harus banyak sabar menghadapi keegoisan penguasa dalam mengelola negara ini. AHY ini kayak martir yg ngomong kebenaran kemudian dihabisi oleh penguasa," jawaban sok bijak saya kepada mereka.

Dengan nyengir saya mengamini bila pemerintah, khususnya Presiden Republik Indonesia sebagai pengambil keputusan tertinggi di Republik ini terlambat menyelamatkan rakyatnya. Baik itu dari sisi kesehatan maupun perekonomian.

"Entah itu karena gengsi, atau memang tidak paham pemerintah utuk mengatasi pandemic," timpa tetangga lainya yang memang tidak paham dengan kebijakan yang dibuat Jokowi cs dalam menghadapi virus corona.

Memang benar apa yang dikatakan AHY dan Partai Demokrat. Tak terasa, sudah 7 bulan pandemic ini kita hadapi. Tapi bukannya membaik, malah semakin terpuruk. Perekonomian terancam akan hadapi resesi ekonomi kuartal III 2020. Artinya, semakin susah bagi mereka yang hidupnya pas-pasan dalam hal keuangan.

Fyd: Pertanyaan serta pengetahuan warga komplek tempat saya tinggal begitu mengenal kondisi politik tanah air yang sudah tidak kondusif membela rakyat. Hanya kepentingan ego sekelompok dari penguasa. Rakyat jadi korban dari keegoisan tersebut.  Berakibat, banyak korban berjatuhan akibat dari corona!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun