Mohon tunggu...
Alexander Ryusandi
Alexander Ryusandi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Sosiologi UI

Saya suka meneliti bagaimana orang berinteraksi satu sama lain, terutama di negara asal saya, Indonesia. Dengan kelompok etnis, agama, bahasa, dan ras yang beragam, setiap interaksi tampak menarik bagi saya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketahanan Pangan Nasional dalam Bingkai "Kasepuhan Ciptagelar"

28 Juni 2020   14:48 Diperbarui: 28 Juni 2020   14:49 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam film Kasepuhan Ciptagelar karya Watchdog menceritakan tentang Desa Ciptagelar yang berusaha mandiri dan berhasil dalam mencapai kemandirian tersebut. 

Salah satu hal yang ingin ditonjolkan oleh Watchdog adalah bagaimana polusi di desa tersebut yang minim dan ekonomi mereka yang sudah swasembada, khususnya dalam bidang pertanian. Walaupun begitu, semuanya dilakukan dengan melawan arus globalisasi, yaitu arus ketergantungan antar masyarakat satu dengan yang lainnya. 

Menurut Kellenberg, hasil dari globalisasi menyiratkan bahwa polusi tidak menjadi permasalahan utama dari globalisasi, tetapi dominasi satu negara terhadap yang lain yang dapat menyiratkan tingkat pembangunan suatu masyarakat. 

Perkembangan teknologi benar - benar disaring oleh warga Ciptagelar. Desa tersebut secara tidak langsung menjadi mandiri walaupun dengan teknologi seadanya. 

Pertanian mereka pun belum menggunakan teknik yang tinggi dan hanya menggunakan bibit yang kurang unggul sehingga hanya dapat panen sekali setahun. Namun panen sekali setahun tersebut cukup bagi mereka untuk swasembada pangan. 

Ini menunjukkan bahwa dengan adanya keterbatasan, justru akan membuat suatu masyarakat menjadi kreatif. Mereka berhasil mengikuti perkembangan zaman walaupun dengan keterbatasan yang ada. 

Melihat kondisi saat ini, Indonesia sendiri mencoba mengikuti perkembangan zaman namun pada sebagian aspek masih gagal, khususnya bidang swasembada pangan. 

Banyak bahan pangan seperti beras, kedelai dan jagung masih diimpor dari luar. Masyarakat dibuat bangga dengan memakan produk dari luar dengan mengira produk luar memiliki kualitas yang lebih bagus dari produksi lokal. 

Dalam hal ini, Indonesia tentunya sudah mempunyai varietas tanaman yang unggul seperti contohnya padi jenis IF8 dan IF6 yang merupakan hibrida dan tidak kalah unggul dibanding beras impor. 

Memang secara ekonomi Indonesia sudah bukan merupakan negara agraris karena pertanian dilihat sebagai sektor berpenghasilan rendah. Namun di sisi lain, Indonesia telah menjadi salah satu negara terdepan dalam sektor jasa di kawasan Asia. Berbagai perusahaan startup bidang digital di tumbuh di Indonesia dengan subur. 

Dalam bidang jasa pertanian sendiri sudah banyak aplikasi seperti Rice Doctor, PETANI, Mata Daun dan Rego Pantes yang mendukung pertanian. Namun semua aplikasi tersebut tidak cukup untuk mengurangi ketergantungan pangan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun