Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2024 - I am proud to be an educator

Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2024. Guru dan Penulis Buku, menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Budaya Belanja dan Produksi Sampah Plastik di Daerah

24 Juni 2025   23:00 Diperbarui: 25 Juni 2025   09:52 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tumpukan sampah plastik yang telah dan akan dibakar di salah satu bantaran sungai Sa'dan di kawasan objek wisata. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Sampah plastik telah menjadi persoalan sosial dan lingkungan secara jangka panjang bukan hanya secara nasional, tetapi juga dalam lingkup daerah. Ancaman akan dampak negatif dari perubahan iklim dan pemanasan global sudah mengintai. Bukan hanya Kota Jakarta dan daerah pesisir lainnya yang akan tenggelam dalam beberapa waktu ke depan, tetapi pulau-pulau kecil di Nusantara bisa tinggal nama.

Kabupaten Tana Toraja saat ini tengah menghadapi masalah serius kehadiran tumpukan sampah plastik di mana-mana. Setiap hari, produksi sampah lokal dengan berat rata-rata 10 ton per hari didominasi oleh sampah plastik.

Budaya belanja secara signifikan berkontribusi terhadap peningkatan produksi sampah plastik ini. Kebiasaan masyarakat yang sering menggunakan kantong plastik sekali pakai untuk setiap pembelian, kemasan makanan dan minuman instan, serta minimnya kesadaran akan dampak lingkungan, menjadi faktor utama permasalahan ini.

Mayoritas toko, warung, hingga pasar tradisional masih sangat bergantung pada kantong plastik untuk membungkus barang belanjaan, bahkan untuk satu atau dua item saja. Hal ini diperparah dengan keengganan sebagian konsumen untuk membawa tas belanja sendiri.

Lalu, tren konsumsi produk makanan dan minuman kemasan plastik sekali pakai (saset, botol, cup) sangat tinggi. Kemudahan dan kepraktisan menjadi daya tarik utama, tanpa mempertimbangkan sampah yang dihasilkan. Tana Toraja yang hampir setiap hari menyelenggarakan kegiatan sosial yang terkait dengan budaya menghabiskan ratusan dos air kemasan sekali pakai yang tentu saja menyumbang sampah plastik.

Kurangnya edukasi dan minimnya kesadaran akan bahaya sampah plastik adalah masalah klasik. Banyak masyarakat yang belum sepenuhnya memahami bahaya sampah plastik bagi lingkungan dan kesehatan. Edukasi mengenai daur ulang, reduksi sampah, dan penggunaan kembali masih perlu digalakkan.

Di banyak daerah, termasuk Tana Toraja, sistem pengumpulan, pemilahan, dan daur ulang sampah plastik belum memadai. Belum ada pusat pengolahan dan penanganan sampah. Hal ini menyebabkan sampah plastik berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) atau bahkan mencemari lingkungan. Menumpuk dan menggunung serta sisa pembakarannya makin menambah derita pencemaran.

Kontribusi produsen dalam kehadiran sampah plastik juga menambah polemik. Produsen seringkali mengemas produk mereka dengan plastik yang sulit didaur ulang atau dalam porsi kecil yang meningkatkan jumlah sampah. Pengelola objek wisata pun berperan dalam menyumbang sampah plastik. Masih banyak ditemukan tumpukan sampah plastik yang dibakar di sekitar objek wisata.

Sudah pasti dampak negatif mengintai dari semakin masifnya pemakaian wadah plastik setiap hari. Sampah plastik mencemari tanah, air (sungai, danau, laut), dan udara. Mikroplastik yang dihasilkan dari degradasi plastik dapat masuk ke rantai makanan dan membahayakan biota serta manusia.

Kerusakan ekosistem dari tumpukan sampah seolah menjadi pemandangan umum. Sampah plastik dapat menyumbat saluran air, mengganggu aliran sungai, menyebabkan banjir, memicu tanah longsor dan merusak habitat alami hewan. Banyak hewan sungai dan laut yang mati karena memakan atau terjerat sampah plastik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun