Lebaran 2025 memberikan kesan dan makna yang sangat dalam untuk keluarga saya. Betapa tidak, pada Lebaran kali ini saya bisa bertemu dengan kelaurga untuk pertama kalinya. Ya, meskipun saya Kristen, tetapi banyak keluarga Muslim dari pihak bapak yang bermukim di daerah lain. Bapak telah lama meninggal sehingga saya pun kurang banyak tahu tentang keluarga besarnya.
Media sosial, dalam hal ini Facebook berperan penting dalam pertemuan keluarga pada Lebaran 2025. Melalui pertemanan di Facebook sejak beberapa tahun yang lalu dan selanjutnya intens berkomunikasi sejak tahun lalu, maka terwujudlah pertemuan itu tahun ini.Â
Beberapa hari sebelum Lebaran, saya sudah diminta untuk datang berlebaran di kampung Benteng, Kabupaten Pinrang. Hanya saja, hari pertama Lebaran, 31 Maret 2025, saya tidak sempat ke sana karena ada tugas pelayanan ke pelosok Toraja Utara. Hari kedua pun masih tertunda karena Tana Toraja dilanda hujan lebat.Â
Pesan di media sosial pun dari keluarga di Pinrang masuk, mengapa belum datang dan sudah ditunggu-tunggu. Tanpa pikir panjang, hari Rabu, 2 April 2025, pagi-pagi sekali, saya ditemani istri dan anak-anak bertolak ke Kabupaten Pinrang. Oleh karena saya belum tahu daerah tujuan, maka saya meminta sepupu di sana untuk mengirimkan alamat Goolge Maps.
Perjalanan kurang lebih 3 jam mengendarai mobil dari Tana Toraja ke Pinrang. Puji Tuhan, perjalanan lancar dan tak ada kendala. Di pertigaan jalur alternatif trans Sulawesi Pinrang-Enrekang-Sulawesi Barat, saya berhenti sejenak mengecek Google Maps. Pada jalur tersebut, Google mengarahkan ke arah Sulawesi Barat. Ternyata kampung Benteng tidak jauh dari jalan utama trans Sulawesi. Hanya butuh sekitar 10 menit untuk jarak kurang lebih 7 kilometer.
Google Maps membawa kami tepat pada tujuan. Di depan kompleks pekuburan umum Patampanua, Benteng, saya memberhentikan mobil. Di samping kanan ada rumah berlantai dua dengan cat kuning kombinasi coklat dan halamannya terdapat pohon mangga besar. Saya menelfon sepupu untuk memastikan. Dan ternyata alamat tujuan sudah benar.
Ia langsung berteriak dari dalam rumah, "Ei masukki', ayo masuk!"
Maka, terwujudlah pertemuan kami untuk pertama kalinya. Bersalaman dan bercanda langsung terjadi. Ibu haji selaku sepupu sekali dari almarhum bapak saya juga hadir di sana. Â Ia langsung bercerita banyak tentang masa lalu. Termasuk menceritakan tentang kompleks kuburan Toraja dan Kristen di depan rumah. Ternyata kuburan tersebut adalah kuburan keluarga kami.Â
Lima menit pertemuan perdana kami seolah sudah akrab selama ini. Tak ada rasa canggung sama sekali. Barangkali karena komunikasi intens dan selalu bercanda pada komentar di medsos yang telah membuat suasana sangat cair.Â