"Merawat Bumi, Rumah Bersama" adalah tema besar pelaksanaan Hari Ulang Tahun ke-78 Gereja Toraja tahun 2025. Rangkaian kegiatan yang juga mengusung aktifitas Festival Hutan Toraja akan berlangsung hingga bulan Juni 2025.Â
Pemilihan tema ini tidak lepas dari kepedulian besar Gereja Toraja terhadap perubahan iklim, pemanasan global dan kelestarian alam.
Masih teringat jelas bahwa pada tahun 2024, rentetan bencana alam berupa tanah longsor dan banjir melanda seluruh wilayah Tana Toraja dan Toraja Utara. Puluhan nyawa melayang dan kerugian harta benda mencapai miliaran rupiah. Tahun 2025 pun, banjir dan longsor masih melanda Toraja Utara yang juga menelan korban jiwa.
Terjadinya bencana alam erat kaitannya dengan kelestarian alam. Ketersediaan pepohonan yang tetap hijau dan terawatnya aliran sungai.
Menanam pohon, mengelola sampah dan  mengurangi sampah plastik adalah tiga intervensi utama Gereja Toraja untuk membantu mengurangi dampak negatif dari perubahan iklim.
Gerakan bersama "Merawat Bumi, Rumah Bersama" ditandai dengan pelaksanaan Ibadah Raya I HUT ke-78 Gereja Toraja yang menyatu dengan alam. Ibadah ini berlangsung di Hutan Pinus Buntu Talling, Lembang Rantedada, Kecamatan Mengkendek, Kabupaten Tana Toraja pada tanggal 25 Maret 2025 yang lalu.
Sebagai aksi pembelajaran awal untuk merawat bumi, di lokasi Ibadah Raya tidak ada pemasangan tenda, penyewaan kursi dan panggung mewah, selain panggung yang dibuat dari batang pohon pinus dan bambu. Tempat duduk peserta ibadah adalah tanah perbukitan. Peserta ibadah masing-masing membawa alas tikar.Â
Menginjakkan kaki langsung di lokasi benar-benar masuk hutan. Tanaman pakis dibuka sebagai jalur masuk lokasi. Dengan area yang miring, maka tempat duduk menyerupai duduk dalam stadion.Â
Duduk di bawah rimbunnya pohon pinus, meskipun matahari terik kesejukan senantiasa terasa oleh rindangnya pepohonan dan angin yang bertiup sepoi-sepoi.