Dua jenis bencana alam menandai awal bulan Ramadan di Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara. Jika tahun lalu intensitas bencana alam lebih dominan di Tana Toraja, tahun 2025 lebih masif di Toraja Utara.
Bencana tanah longsor berkali-kali terjadi dan telah merenggut sejumlah nyawa. Selain itu, bencana longsor terbaru telah merusak areal pekuburan khas Toraja berupa patane.Â
Terbaru, hujan lebat mengakibatkan banjir Sungai Sa'dan. Semua wilayah dan pemukiman di sekitar bantaran sungai terimbas banjir. Tak ada korban jiwa pada banjir sore hingga malam tersebut. Namun, kerugian material mencapai ratusan juta rupiah. Sejumlah rumah rusak dan beberapa mobil terendam air bercampur lumpur.Â
Hampir setiap malam pelaksanaan tarawih, hujan dengan intensitas beragam melanda seantero Tana Toraja. Tetapi, kondisi tersebut tidak menyurutkan minat warga Muslim Toraja.Â
Antusiasme warga Muslim sangat terlihat, manakala setiap malam kondisi lalu lintas dengan kemacetan sedang terjadi sebelum dan sesudah shalat tarawih.Â
Khusus di Kota Makale, terdapat empat titik utama kepadatan warga Muslim setiap malam, yakni Masjid Raya Makale, Masjid To' Kaluku, Masjid Kampung Baru dan Masjid Milan. Keempat lokasi tersebut adalah Masjid dengan anggota jamaah besar.Â
Kendaraan terlihat melambat di Masjid Raya Makale mengingat lokasinya tepat di depan pertigaan jalan trans Sulawesi. Bus-bus trayek Toraja-Makassar juga mulai berangkat di waktu yang sama. Demikian pula di depan Masjid sementara To' Kaluku. Bubarnya warga usai shalat tarawih langsung memacetkan jalan.Â
Untuk mendukung keamanan, ketertiban dan kelancaran pelaksanaan shalat tarawih, Polres Tana Toraja menerjunkan 121 personil. Mereka ditempatkan di semua masjid yang ada dalam lingkup Kabupaten Tana Toraja. Minimal 1 orang petugas kepolisian berjaga-jaga di area masjid.