Lagi dan lagi, Paris Saint Germain (PSG) gagal di Liga Champions. Mengandalkan kilau pemain terbaik dunia di barisan depan, toh belum mampu mengangkat derajat PSG di kancah Eropa. Mimpi mengangkat trofi juara Liga Champions kembali panjang dalam penantian.Â
Pada pertandingan leg kedua babak 16 besar yang dihelat di Allianz Arena, Lionel Messi, dkk ditaklukkan tuan rumah Bayern Munchen 2-0. Eks punggawa PSG, Eric Maxim Choupo-Mouting menjebol bekas klubnya di menit ke-61. Bayern memastikan lolos ke perempatfinal lewat gol Serge Gnabry semenit menjelang waktu normal berakhir. Bayern unggul anggregat 3-0 dan berhak lolos ke perempatfinal dan melanjutkan misinya di Liga Champions.
Gagalnya PSG di Liga Champions musim ini bukan tanpa sebab. Ketergantungan pada Lionel Messi sejak kedatangannya ke Paris menjadi penyebab pertama. Pengalaman juara berkali-kali bersama Barcelona yang diharapkan bertuah juga di PSG justru menjadi beban keseluruhan untuk tim.
Di laga ini, PSG Â tampil tanpa Neymar. Ia harus menepi selama 3-4 bulan setelah menjalani operasi pada pergelangan kakinya. Sang pelatih Christophe Galtier mengandalkan duet Lionel Messi dan Kylian Mbappe di barisan depan. Duet urutan pertama dan kedua Ballon d'Or 2022 ini menjadi tumpuan PSG untuk membalikkan keadaan setelah sebelumnya kalah 0-1 di kandang dari Bayern di leg 1.
Pengalaman pelatih Galtier di turnamen mayor sekelas Liga Champions masih sangat minim. Ketika menukangi PSG-lah Galtier mencicipi kerasnya liga si kuping besar.Â
Secara khusus di leg kedua ini, selain absennya Neymar, masalah juga muncul di lini belakang PSG. Kapten Marquinhos harus ditarik keluar lebih dini karena gangguan cidera. Parahnya lagi sang pemain pengganti, Nordi Mukiele hanya bertahan 10 menit di lapangan. Ia digantikan El Chadaille Bitshiabu.Â
Ketersediaan stok pemain belakang sebenarnya yang menjadi masalah PSG musim ini. Kita acungi jempollah untuk kiper sekelah Gianluigi Donnarumma dan barisan gelandang yang dihuni Marco Verratti, Juan Bernat, dan Vitinha.
Penempatan bek Ashraf Hakimi menjadi gelandang juga adalah sumber rapuhnya pertahanan PSG melawan Bayern. Kekuatan dan kecepatan Hakimi di lini belakang PSG berkurang manakala ia tidak ditempatkan di posisi aslinya. Marquinhos dan Sergio Ramos yang mulai usur kehilangan partner yang bisa menyeimbangkan pertahanan. Kesempatan inilah yang memudahkan pemain lincah Bayern menembus barisan belakang PSG.
Mental juara juga menjadi catatan penting kegagalan PSG. Pemain tanpa motivasi besar musim ini. Terlebih setelah Messi menjadi pemain terbaik dunia dan Mbappe di posisi kedua, permainan PSG justru kurang baik setelahnya. Â