Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Seorang Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Aku Guru Sekaligus Menjadi Super Daddy

28 Januari 2023   16:59 Diperbarui: 30 Januari 2023   08:08 1380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama sang anak di sekolah. Foto: Dok. Pribadi.

Menjadi seorang guru yang mengajar setiap hari di sekolah tentunya sebuah rutinitas bagi siapapun yang menjadi guru. Namun, ada kalanya peran sebagai guru juga dibarengi dengan peran sebagai orang tua bagi anak sendiri di sekolah. Kondisi ini terjadi manakala suami dan istri sama-sama pekerja aktif, baik sebagai ASN maupun pekerja swasta atau pekerjaan lainnya yang menyita banyak waktu.

Hampir setiap hari aku mengajar di sekolah ditemani oleh anak-anakku. Dimulai sejak 2014, dari anak pertama seorang putra. Sejak usia 4 bulan aku telah membawa putraku ke sekolah.

Saat itu, aku masih mengendarai motor. Jarak rumah ke sekolah kurang lebih 17 kilometer. Dengan mengenakan jaket tebal model parasut, anak kutaruh dalam gendongan dan kududukkan di atas tas ransel yang kuletakkan di bagian depan motor bebek Dalam tas ransel sudah kusediakan peralatan mengajar dan laptop bersama dengan kebutuhan anak, seperti dot, susu, termos kecil air panas, popok, selimut dan baju ganti. 

Dari 2014 hingga sekarang, sudah menjadi hal biasa ketika aku membawa dot berisi susu ke dalam kelas. Dulu siswa masih tercengang dan mungkin sedikit terganggu oleh karena hadirnya bayi di dalam kelas. 

Sebagai seorang laki-laki, mungkin bagi orang lain aku masuk dalam kategori suami takut istri oleh karena akulah yang paling dominan menjaga dan menemani anak-anakku.

Kadang, jika ada tugas yang sangat penting, beberapa jam di pagi hari, istri membawa anak ke kantor, jam istirahat aku jemput anak agar istri tidak terganggu tugasnya.

Aku terbiasa membawa anak ke sekolah oleh karena istri juga adalah seorang PNS di kantor dinas kesehatan kabupaten. Mengapa aku tidak memberikannya saja pada istri? Atau mengapa tidak menyewa atau menitipkan pada penjaga bayi? 

Aku memahami bahwa tugas dan tanggung jawab istri juga berat di kantor. Terlebih ia adalah staf dan wasor TB yang menangani beberapa penyakit kronis, yakni TBC, kusta, HIV/AIDS hingga Covid-19 yang lalu.

Dengan melihat kondisi ini, aku lebih melihat kesehatan dan keselamatan anak, sehingga aku memilih untuk mengambil peran lebih banyak dalam mengasuh anak, walaupun berbarengan dengan jam kerja wajib sebagai guru di sekolah. 

Pernah beberapa kali tinggal bersama kami orang yang bisa menjaga bayi. Akan tetapi, kondisi kadang mempengaruhi kinerja dan kepercayaan kepada meraka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun