Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mencapai Target Berat vs Nilai Kehidupan

11 Februari 2017   08:11 Diperbarui: 11 Februari 2017   09:18 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ayam potong yang siap dipasarkan

“Kakak, cucung sudah masuk, datanglah. Ubi kayu sudah kucarike dan kalau ke dusun kagek kubakarke,” demikianlah suara Eko diujung telepon genggam.

Yup, minggu pertama Januari tadi, cucung atau anak ayam masuk ke kandang. Jumlah cucungnya sekitar 10 ribu ekor lebih. Disebut cucung karena anak ayam ini seperti bayi yang harus disayang, mulai dari suhu, makanan, minuman hingga ke asupan gizi.

Ibarat cucu yang disayang oleh nenek dan kakeknya. Anak ayam ini terus dipantau kesehatannya. Bahkan sebelum cucu masuk ke kandang, bawah kandang dibersihkan seluruh kandang didensifektan agar tidak ada bibit penyakit. Jadi tahulah yang namanya cucu ya semua harus ada. Ha ha ha.

Beternak ayam itu butuh perjuangan yang sangat-sangat keras dan butuh daya tahan yang sangat besar pula. Menjaga suhu tubuh ayam. Memberi makannya dan juga minumannya. Belum lagi membuka dan menutup kandang di malam dan pagi hari.

Memantau ayam yang mati pun dilakukan secara berkala karena harus cepat dikeluarkan dari kandang. Bila tidak bisa menjadi bibit penyakit yang dapat menyebar cepat ke seluruh ayam. Dan peternak ayam pun gigit jari.

Ada yang membuat peternakan ayam di dusun ini menjadi bermakna, peternakan bukan saja mencari duit tetapi juga mengajarkan disiplin kerja keras serta komitmen dan kejujuran. Anak muda di Desa Padang Kecamatan Pagar Gunung Kabupaten Lahat ini sudah menunjukkan hal tersebut. Mengangkat karung pakan ayam seberat 50 kilogram bukan hal yang mudah. Belum lagi harus membagikan pakan di tempat-tempat makan secara merata.

Jujur merupakan kunci. Bisa saja mereka mengambil satu atau dua ayam yang dijual tanpa sepengetahuan pemilik tetapi mereka tak lakukan itu. Mereka bahkan mengajarkan pembagian tugas, siapa memasak dan menghidupkan air serta berjaga malam.

“Anak-anak ini masih sekolah. Mindo itu SMA. Pagi buka terpal kandang ayam dan mandi terus berangkat sekolah. Balik sekolah langsung ke kandang lagi,” kata Eko. Mengerjakan PR pun di kandang.

Ahhhh. Aku malu dan bangga pada Eko dan Syarif peternak ayam di Desa Padang. Mereka tidak saja mengajarkan seni kehidupan ekonomi tetapi juga contoh kehidupan sosial pada generasi muda. Anak-anak muda alias anak kandang itu walau hanya empat orang tetapi diharapkan bisa menjadi virus bagi anak muda lainnya untuk bekerja keras dan jujur serta menimba ilmu kehidupan sesungguhnya.

Keberhasilan mencapai target kontrak berat ayam adalah kesuksesan anak kandang dan peternak yang dinilai dalam bentuk rupiah. Nilai kehidupan anak kandang mengenai disiplin, jujur, kerjasama, terbuka untuk belajar merupakan harga yang tak ternilai.

Eh, di pinggir kandang ada ubi, sayur-sayuran, cabe dan juga rambutan serta durian. Eh, jadi kotoran ayam jadi pupuk kandang untuk bertanam memenuhi kebutuhan sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun