Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anak Ku, Aku dan FZ

1 Juli 2016   14:35 Diperbarui: 1 Juli 2016   14:44 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Beberapa minggu lalu, anak sulungku, Zhod pergi ke Jambi dalam rangka kegiatan perkuliahan. Bapaknya di mana, emaknya di mana, anaknya di mana.  Wak wak wak.  Ada kehawatiran pada diriku mengenai bagaimana anakku, makannya, nyuci pakaiannya, dan kemudian tinggalnya. Aku khawatir karena Zhod tidak seperti Exel yang walaupun manja tetapi untuk ngurus dirinya Exel lebih jago dibandingkan mbaknya.

Zhod menginformasikan berangkat dengan menggunakan mobil antar jemput AKAP dari Palembang ke Jambi. Aku kirim line, “jangan lupa doa mohon keselamatan dalam perjalanan ya. Kabari kalau sudah sampe.” “Oke”, dibalasnya.

Ada keinginan untuk mengontak teman yang pelatih tenis di Jambi. Minta tolong bila ada waktu untuk melihat-lihat anakku yang berkegiatan di salah satu RSUD di Jambi. Ada juga keinginan untuk mengontak Kompasianer Bu Etha untuk melihat-lihat anakku.

Tapi pada titik tertentu keinginan itu tak kulakukan. Aku ingin agar Zhod bisa mandiri. Bisa mengatasi problem hidupnya dengan keputusannya. Kalaupun mentok barulah aku akan teriak minta tolong Pada teman yang pelatih tenis di Jambi ataupun Kompasianer Jambi ataupun temanku sesama pejuang kontributor televisi berlampu kodok beberapa tahun lalu.  Ha ha ha.

Ingatanku lalu berkelebat pada awal tahun 1990-an ketika aku berkegiatan di Desa Kota Batu, pinggir Danau Ranau, sekarang Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumatra Selatan. Jaraknya sekitar 342 km dari Palembang. Waktu itu, almarhum bapakku berkirim surat ke temannya yang petani di Gunung Seminung pinggir Danau Ranau untuk melihat-lihat kegiatanku. Atas izin ketua kelompok akhirnya aku diperbolehkan menemui teman bapakku dan kemudian dijamu makan ikan bakar dan mie cepat saji. Celeguk.

Lalu apa yang salah, dengan FZ dan anaknya yang membuat heboh jagat maya termasuk Kompasiana ini.

Akupun iseng minta bantuan temanku untuk mendapat penjelasan mengenai hal ini. “Kamu itu bukan pejabat negara. FZ itu pejabat negara. Minta tolong dengan KJRI yang juga pejabat negara. FZ itu berdasarkan Undang-Undang ASN pejabat negara jadi kamu harus belajar lagi. Ada etikanya mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Ada hukum yang mengikatnya. Kalau sekarang kesalahan ada pada staf DPR RI yang salah berkirim surat,” teriaknya.

“Untuk kamu dan anakmu, jelas jelas dong kalian bukan pejabat negara. Kalau minta tolong sama pelatih tenis dan kompasianer  ya  boleh boleh saja. Itu kalau mereka mau. Kamu juga  kan nggak ngetop. Siapa  elu”, katanya emosi.

Nepok  jidat aku dan sambil mengucapkan terimakasih kuakhiri jemariku menari-nari di papan tuts. Dengan jawaban itu akupun tersenyum dikulum.

Salam Kompasiana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun