Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Cerita Harga yang Tidak Naik

22 September 2022   12:12 Diperbarui: 24 September 2022   05:03 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Es Puter I Foto OtnasusidE

Indonesia itu berragam. Itulah yang membuat Indonesia itu, epik. Ada manusia-manusia yang terkadang menjadi manusia yang sesungguh, padahal dia adalah manusia yang menjadi tulang punggung keluarga. Menghidupi dan saling menghidupi.

Bulan puasa lalu, harga nasi ayam dari 10.000 menjadi 12.000. Eh, ketika harga Pertalite naik, harga kembali 10.000. Sang penjual tertawa ngakak, waktu keluar pertanyaan mengapa kembali ke 10.000.

Jawabannya, "12.000 dak masuk". Sepanjang jalan di kawasan Ex POM IX ke Puncak Sekuning jualan nasi ayam masih bertahan 10.000. Di kawasan Sungai Sahang dan Lunjuk juga masih 10.000.

Harga itu sensitif sekali. Salah patok selesai. Dalah, di Lunjuk ada ayam bakar 10.000 ada kemangi sedikit. Ingat teman, waktu sering ngaspal lintas timur dan dan tengah, hampir selalu memberi kehormatan  untuk mencari warung makan yang ada lalapan.

Bagaimana dengan pempek. Secara umum untuk pempek menengah ke bawah stabil. Paling penting mencari pempek dos. Ada pempek dos yang ketika harga minyak goreng naik, tetap menjual 2.000 tiga biji.

Setelah Pertalite ditetapkan 10.000 di SPBU, oleh penjual harga pempek tetap tetap sama, dipatok 2.000 tiga biji. Pempek kates alias pistel itu yang bikin lidah menjadi sesuatu banget.

Woiii di dekat lapangan bulu tangkis Victory di kawasan Bukit Besar ada yang jual pempek dos kukus. Harga 1.000. Ini yang bikin dunia pencinta pempek, cuko dak becuko, 2000 tiga biji dan 1.000 sebiji, bahagia.

Es cream dorong masih 5.000 per cup. Masih juga melayani anak yang mau beli 2.000 per cup. Es kembang tahu juga sama masih 5.000 semangkok. Malah sekarang mengajak keponakan untuk jualan cilok. Nah, loh. Cilok masih dipatok 1.000.

Pertanyaan menggelitiknya adalah, apakah para penjual yang bertahan tidak menaikkan harga jual memberi subsidi? Duh, itu teoritis dan ekonomis serta politis banget. Baiklah, pertanyaannya diubah, kenapa tidak menaikkan harga jual ketika Pertalite naik?

Jawabnya berragam. "Masih lah dapat untung". "Kalau ikut-ikutan naik kasihan pelanggan". "Masih dapet lah". "Itu lah seninya. Aku jualan sejak 98". "Membuat pelanggan senyum bae sudah seneng".

Subsidi, entahlah. Maszeee-nya tetap semangat kok, dorong gerobak es puter dari Sekip ke kawasan Lorok Pakjo dan sekitarnya. Sungguh bikin dengkul bergetar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun