Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kopi Sasetan yang Bikin Cemburu

2 Februari 2022   09:09 Diperbarui: 2 Februari 2022   09:10 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kopi Sasetan Plus Kopi Bubuk Biar Kentel I Foto: Otnasuside

Bau gosong terbang ke teras. Ibu yang sedang bekerja, berjalan terburu ke dapur untuk melihat apa yang terjadi. Geleng-geleng melihat asap mulai memenuhi dapur, kipas exhaust dihidupkan. Kipas angin juga diambil dan di arahkan ke luar jendela. Pintu samping juga dibuka.

Bude terlihat gelagapan. Ibu mengingatkan hati-hati dan konsentrasi kalau lagi bakar masakan. Bude buru-buru minta maaf. Namun, sebagai sesama perempuan sepertinya Ibu tahu situasi. Bude sedang "galau" karena selama ikut di rumah mulai dari Bungsu masih bayi sampai sekarang mau gadis, belum pernah menciptakan kegosongan kecuali siang ini.

Selang satu jam, Bude menemui Ibu di teras. Bude membawakan teh poci dengan gula batu. Ibu yang selesai kerja (ngezoom, meremote kerjaannya) dan membaca koran pun tersenyum.

"Piye," tanya Ibu. "Ibu nggak cemburu kalau Bapak kerja di luar kota, makan minum dengan kawan-kawannya, termasuk kawan perempuannya," tanya Bude langsung tanpa basa basi.

Ibu yang sudah tahu arah topik pembicaraan pun tersenyum, dan menghentikan membolak-balik Kompas cetak. "Tidak. Aku selalu percaya dengan Bapak. Bapak saja percaya sama aku kalau aku meeting di resto atau warung makan atau di hotel".

Tadi waktu belanja ikan di pasar, penjual ikan memberitahu kalau Pak De, sering ngopi dengan Starling yang sama. "Tertawa Mas ku lepas, bahagia banget sepertinya. Starlingnya juga langsing dan senyum-senyum, kadang malah tertawa bareng," kata Bude meneruskan info tentang Pak De dari penjual ikan pada Ibu.

Ibu menghela nafas. Tersenyum. Memperhatikan Bude sebentar. "Kalau siang habis menjemput dan mengantar pulang Sulung, Bude masih membuatkan kopi, atau memberi makanan pada Pak De. Bude menyajikannya tidak dengan senyum pastinya. Padahal Bapak sudah menyediakan meja kecil dan bangku kecil di bawah pohon jambu untuk istirahat sebentar. Bisa juga di teras ini".

"Coba putar ulang lagi Budenya! Bude kalah pastinya. Kalah senyum. Jangan tiru aku dan Bapak! Beda. Walau aku dan bapak cuek  tapi coba kalau di meja makan. Aku melayani Bapak. Aku ambilkan nasi untuk Bapak, ambilin sayur. Walau aku mesin pencari uang, tapi aku tetap menghormati dan melayani Bapak, dia nahkoda rumah ini".

Ibu sebenarnya mau tertawa, karena suaminya yang dipanggil Bapak itu lebih banyak membuat kopi sendiri atau teh sendiri atau nongkrong di gudang. Nulis di Kompasiana dengan cita-cita mandiri tapi belum kesampaian untuk bayar token listrik gudang dan bayar langganan Kompas yang naik di tagihan bulan dua tahun 2022 ini.

Walau begitu, Bapak itu romantis dan sedikit gila. Pernah ketika sedang rapat dengan rekan sejawat, sang suami sengaja menelpon, dan bilang "Aku cinta kamu" yang membuat pipinya merona, membuat koleganya senyum karena suara sang suami terdengar sayup-sayup. Semua rekannya tahu, telepon suami tidak pernah tidak diterima oleh Ibu, apapun kondisinya atau secepatnya ditelepon balik jika tidak diterima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun