Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengatasi Disleksia Anak dengan "Lingkungan"

5 November 2021   09:17 Diperbarui: 6 November 2021   20:00 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi anak membaca buku. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Pernah mengalami kejadian lucu ketika mengajari anak mengeja dan membaca. Seringkali kejadian itu menggemaskan dan membekas tak terlupakan. 

Ada semacam target alam bawah sadar dari seorang ayah atau ibu pada anaknya untuk mencapai tahap tertentu dalam membaca. Saat itulah kita bisa abai, bisa sebel, bisa tak sabaran ketika mengajari anak padahal anak mengalami disleksia tertentu.

Bersyukurlah bila pernah mengalaminya hal lucu, sebel dan menggemaskan. Pasalnya itu bisa menjadi bahan candaan yang tak lekang oleh waktu ketika keluarga inti berkumpul. Tentu dengan wanti-wanti agar  candaan ini hanya menjadi rahasia keluarga saja. Tidak boleh keluar dari keluarga inti.

Sulung itu adalah buah hati pontang panting dalam memulai kehidupan. Serba kekurangan baik finansial, waktu dan juga ilmu. Semangat belajar menjadi ayah dan ibulah yang menolong Sulung.

Hidup sekitar 9 bulan setiap pagi di KRL  Cikini-UI Depok PP. Sumpek, berhimpitan dan aneka ragam warna. Paling senang membeli buku yang dijual pedagang asongan.

Belajarnya di Stasiun Cikini. Belajar mengenal huruf. Belajar mengeja. Boleh kami berdua disebut gelandangan yang berusaha belajar. Cuek dengan lingkungan sekitar.  

Lapar biasanya beli Soto Mi Bogor masih di stasiun. Belinya cuma seporsi khusus untuk Sulung. Bapaknya hanya menahan keinginan.

Satu waktu kami berdua usai mengantar KKP ke UI Depok diminta untuk mengambil uang di BCA di depan Stasiun Cikini. Iseng saja menunggu antrian meminta Sulung untuk mengeja huruf BCA. Benar semua huruf disebut B-C-A hanya ketika diminta untuk menggabungkan, bukan "BCA" yang keluar tapi "ATM".

Akupun senyum sambil badan terguncang menahan tawa. Sulung tanpa dosa memeluk kakiku. Usai mengambil uang. Kami berdua keluar ruang ATM. Seorang perempuan mendekat dan memberi sulung coklat SQ. Sulung malah bersembunyi di pantatku.

Walau dipaksa untuk menerimanya Sulung tetap tak mau menerimanya. Kujelaskan kalau dia didik untuk tidak menerima pemberian apapun dari orang asing. Setelah alot merayunya untuk menerima coklat dan juga ada persetujuanku. Sulung mengucapkan terima kasih sambil sedikit membungkukkan badan dan kembali sembunyi di pantat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun