Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tafsiran "Liar" Pidato Megawati

3 Juni 2021   10:17 Diperbarui: 3 Juni 2021   10:26 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Pidato politik Megawati Soekarno Putri yang merupakan Ketua Umum PDI Perjuangan bisa ditafsirkan bermacam-macam. Ada yang menafsirkannya sebagai sindiran untuk Ganjar Pranowo yang dianggap "ambisius nyapres" dan bisa juga ditafsirkan kalau kader PDI Perjuangan itu harus bekerja keras untuk masyarakat dan partai. Pidato Megawati bisa dilihat di sini.

Pidato itu multitafsir, tergantung sudut pandang mau dibawa ke mana. Kecuali, kalau pidato itu menyebut nama misalnya, "Mas Ganjar kamu itu terlalu ambisius untuk Nyapres ya" atau "Mas Ganjar kamu itu berhentilah main Medsos". Ini jelas dan tidak multitafsir.

Lalu bagaimana dengan pernyataan Megawati kalau enggak mau jadi petugas partai harus out atau keluar. Ini jelas. Walau sebenarnya kalau sudah menduduki jabatan eksekutif seperti presiden, gubernur, walikota/bupati itu sudah seharus semestinya embel-embel petugas partai menjadi formalitas yang jelas tapi samar.

Individu yang sudah terpilih melalui Pilpres dan dilantik sebutannya Presiden Republik Indonesia bukan presiden partai pengusung bla, bla, bla. Gubernur juga bukan gubernur partai pengusung bla, bla, bla tetapi Gubernur Sumatra Selatan, misalkan. Demikian pula dengan walikota/bupati bukan bupati/walikota partai pengusung tetapi walikota/bupati suatu daerah.

Ganjar Pranowo tetap Gubernur Jawa Tengah. Walaupun orang partai politik menyebutnya sebagai anggota PDI Perjuangan, petugas partai. Ganjar sendiri mengakui sebagai orang PDI Perjuangan. Kader militan. Bahkan Ganjar sendiri setuju dan nurut sebagai petugas partai PDI Perjuangan. Ini pengakuan Ganjar. 

Lalu persoalannya di mana? Tidak ada persoalan. Kalau beda pendapat dan gesekan satu sama lain wajar. Tidak ada dalam sebuah partai yang anggotanya itu tidak berpendapat.

Ganjar moncer (974 ribu pelanggan/subscriber youtube) di Medsos, itu bisa memiliki tafsir macam-macam. Pertanyaan yang bagus adalah kenapa mesti dicurigai? Bukannya dicurigai mau jadi presiden? Menjadi presiden itu hak semua orang yang memenuhi syarat.

Apakah Ganjar akan berhenti bermain-main dengan Medsos? Sudah pasti tidak. Bagi Ganjar, (ini tafsir) bekerja sambil main Medsos itu harus untuk membangun komunikasi komunal yang luas.  Medsos Ganjar itu Medsos kerja bukan Medsos lebay, Medsos wajar. Itu media komunikasi. Apa yang dilakukannya, dikerjakan disebarluaskan melalui Medsos.

Justru sebenarnya eksekutif dan legislatif serta juga yudikatif harus bermain Medsos, agar apa yang dilakukan bisa tersebar luas tanpa sekat. Viralkan. Bukan memviralkan yang negatif. Viral yang positif. Viral positif itu susah dan butuh kerja keras dibandingkan viral negatif.

Eksekutif yang bermain Medsos itu adalah orang-orang yang lentur dalam menghadapi masyarakat yang beraneka ragam. Di lapangan  itu segala sesuatu bisa terjadi. Biarpun ada proses editing tetapi tidak banyak yang bisa dilakukan.

Sang pemeran utama aktor politik harus bisa berimprovisasi di lapangan. Improvisasi ini tidak ada kelas kursusnya. Kelas kursusnya adalah lapangan. Sekali lagi lapangan. Lapangan. Kalau Jokowi bilang, kerja, kerja, kerja.

Dedi Mulyadi misalnya dengan Youtube Channel, Kang Dedi Mulyadi Channel yang memiliki 1,21 juta pelanggan bergerak bebas di lapangan. Mulai dari membantu Lansia yang berjualan, makan bakso batal malah jadi  mengangkut sampah di kampungnya, terakhir mengunjungi anak penjual tisu di Bandung.

Dengan youtube channel apakah Dedi akan menjadi capres atau cagub Jabar? Tentu tidak ada jawaban yang pasti kecuali dari Dedi sendiri. Bisa jadi itu merupakan wujud kerja Dedi yang mesti ditunjukkannya sebagai wakil rakyat Jabar.

Keliaran tafsir memang bisa menjadi-jadi. Padahal sebenarnya bisa tidak menjadi-jadi liar kalau semua dilihat pada tugas pokok dari eksekutif, legislatif dan yudikatif. Titik.

Lihat lagi manfaatnya. Lihat lagi sisi humanismenya. La kalau main Medsos dan kemudian ada eksekusi dan dievaluasi ternyata eksekusinya jalan artinya Medsos memang menjadi alat kerja. Medsos kerja kalau Ganjar (PDI Perjuangan) dan Dedi (Golkar) berhasil membuat orang lain menerima manfaat dengan apa yang dikerjakannya. Bisa menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Bisa memberi tahu orang kalau mereka berdua kerja.

Mereka berdua hanya contoh, jangan ditafsirkan macam-macam! Jangan ditafsirkan kalau mereka akan berduet untuk Nyapres.

Pesan penting dan perlu diberi garis miring serta ditebalkan menurut Megawati, apabila PDI-P ingin terus memenangkan pertarungan politik, bala tentaranya haruslah terus bergerak.

"Tahu enggak, bala tentara saya ya kalian. Kaliannya melempem, melempemlah saya. Jangan lupa, lho. Kalau kalian enggak mau bergerak, mau bagaimana besar partai kita. Jangan lupa, lho," ucap Megawati.

Megawati juga mengingatkan pimpinan DPC agar terus mengorganisasi dan berbuat bagi daerahnya masing-masing agar bisa mengambil suara masyarakat.

Jelaskan! Baca dengan tenang, baca perlahan dan resapkan. Bukan duduk di kursi. Duduk di ruangan berpendingan udara. Harus ada perbuatan untuk menggaet simpati dan suara masyarakat. Caranya, ya usaha dong. Kerja, kerja, kerja. Kalau tidak bingung nantinya. Monggo main Medsos di lapangan.

Mari belajar menjadi aktor politik yang bekerja untuk rakyat di dunia nyata dibawa ke Medsos. Menggaet simpati dan kemudian menjadikan rakyat tergugah untuk menyuarakan suaranya. Rakyat akan loyal dan menjadi barisan pendukung tanpa pamrih. Medsos akan bekerja dengan sendirinya untuk aktor politik.

Salam Kompal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun