Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Meme Tiga Perempuan Tiga Kata

18 Mei 2021   16:18 Diperbarui: 18 Mei 2021   16:34 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari terakhir, meme tiga perempuan dengan keterangan anjing, guoblok dan bacot menghias media sosial negeri +62. Dua meme kejadian di jalan, satu meme kejadian di rumah. Semua sepertinya berakhir damai.

Agak mengerikan memang mengapa perempuan-perempuan ini menjadi brutal-sebrutalnya. Mereka seakan-akan menemukan tempat untuk mencurahkan semua kekesalan yang selama ini terpendam  kepada pengantar barang COD, kepada polisi, TNI, Satpol PP, Dishub di jalanan.
Pertanyaan mendasarnya adalah tidak adakah rasa untuk mempertimbangkan kata yang akan dikeluarkan? Tidak adakah rasa malu kalau sampai mengeluarkan kata-kata anjing, guoblok dan bacot kepada orang lain.

Boleh jadi kata itu adalah kata yang sering diucapkan sehari-hari pada siapapun baik pada mahkluk bernama manusia ataupun pada binatang peliharaan. Kata itu akan keluar secara reflek ketika kesal ataupun ketika tertekan.

Ibarat kata kalau sering mengingat kekasih maka yang ada dalam kepala adalah kekasih. Mo makan ingat kekasih. Mo minum ingat kekasih. Mo tidur ingat kekasih. Walaupun harus diingat ini bukan perbandingan yang apple to apple. Apalagi iphone vs android. Bukan! Ini ibarat kata.

Bila ada pembelaan itu adalah emosi sesaat. Sungguh sangat disayangkan. Mengapa? Emosi sesaat itu bisa sangat menghancurkan. Emosi ngebut tanpa sadar sudah menabrak trotoar jalan.  Bahkan bisa menabrak orang. Emosi menyetujui sebuah keputusan yang pada akhirnya merugikan secara finansial. Emosi memukul akhirnya kena pasal penganiayaan. Emosi sesaat juga bisa membuat kematian atau mati sendiri.

Mengapa emosi? Emosi muncul ketika antara keinginan dan kenyataan berbeda. Emosi bisa keluar ketika diri tidak bisa mengontrol otak. Akibatnya sederhana, muncul kalimat seksis, duh mulut dan otaknya tidak sepanjang rambutnya. Kalau mulut panjang dower dong. Monyong dong. Kecepatan jarinya lebih super daripada otaknya. Itu kalau orang pasang status ataupun melakukan perudungan pada orang lain. 

Sungguh negeri +62 adalah negeri maha kreatif di dunia maya. Indonesia terkenal sopan di satu sisi, di sisi lain jangan coba-coba (1). Alis dan mulut tiga perempuan bisa diutak-atik tanpa ampun. Gemesin, bikin senyum dan sekaligus mules. Satu sisi ini bikin aib, satu sisi ini bikin ngetop alias viral.

Hal-hal seperti ini memang tak bisa terbendung. Ada materinya untuk membuat kreatifitas. Duh, jangan sampai dijadikan materi kreatif yang bikin mules sampai anak cucu. Selalu pasti ada orang-orang yang menyimpan untuk kenangan yang suatu waktu bisa muncul.

Dalam kasus COD misalkan, ada pertanyaan yang bikin miris. Mengapa tidak mengetahui dulu apa itu COD (2). Penjual kalau barang yang dipesan tidak ada kenapa tidak disampaikan saja kalau barangnya tidak ada sehingga tidak sampai pembeli meluapkan emosi pada orang yang salah (kurir).

Mengapa pembeli ngamuk, sangat agresif menyerang kurir. Padahal semestinya pembeli ngamuknya ke penjual. Kurir menjadi tumpahan karena dalam bahasa singkatnya pembeli tidak bisa ngapa-ngapain. Padahal bila disampaikan dengan baik-baik dan mengikuti saran kurir, meme tidak akan muncul. Simpati jelas berpihak ke kurir.

Demikian pula ketika ada permintaan putar balik. Sudah tahu daerah-daerah banyak melakukan penyekatan untuk mengurangi penyebaran Virus Covid 19. Diminta putar balik, marah-marah. Lagi-lagi agresifitas ditunjukkan. Marah adalah bentuk perlawanan tetapi sebenarnya juga bentuk keputusasaan. Jalan buntu. Lalu sampai nyolot anjing. Serang dulu urusan belakangan. Bentuk kata kekalahan.

Julukan bacot muncul dengan gaya. Sayangnya juga sebagai bentuk jangan kalah gaya. Apabila memang benar mau melayat. Bisa saja menelpon keluarga yang akan dituju untuk menunjukkan kebenaran tujuan jalan. Video call bisa menjadi bukti kebenaran tujuan perjalanan. Sayangnya hal itu tidak terjadi. Akhirnya jadi kalah gaya.

Ada pertanyaan menggugah, kalau memang ternyata betul mau melayat, apakah petugas gabungan akan tetap memintanya putar balik? Petugas gabungan punya hati, punya perasaan, punya kebijakan. Mereka di lapangan tentu akan mempertimbangkan sisi kemanusian daripada arogansi penegakkan aturan. Itu namanya diskresi.

Setiap orang sekarang ingin dianggap. Wajar itu memang kebutuhan. Setiap orang ingin menang. Setiap orang ingin menggapai tujuannya. Masalahnya tentu ada kendala, ada aturan yang membatasi. Ada aturan yang mengatur agar semua berjalan sesuai dengan aturan, supaya tidak saling "makan". Siapa yang kuat itulah yang menang. Bar bar dong.  Supaya tidak melakukan penyalahgunaan kekuasaan atau pertemanan.

Terakhir, ada mobil mengikuti rombongan wakil presiden. Diberhentikan. Perempuan di sebelah kiri memberikan kartu nama berlogo sebuah bank BUMN. Sungguh awu wu wu. Lalu kalau sebagai kepala cabang kantor sebuah bank di Komdak boleh tidak ikuti aturan berkendara? Semoga semuanya baik-baik saja.

Pihak kepolisian hanya mengedukasi. Tilang tidak diambil. Nah, entahlah dengan atasan tempat kerjanya.

Dari pada itu lebih baik untuk mengontrol diri. Dari pada itu, film kartun Inside Out (3) boleh menjadi referensi di otak agar bisa mengontrol mulut dan jemari. Namun begitu, kalau film kartun dianggap kekanakan, boleh juga nonton Anger Management (4). Namun begitu, ah sudahlah kalau tidak mau belajar dari kesalahan dan dari pengalaman.

Salam Kompal

kompal-60a384afd541df01c0370712.jpg
kompal-60a384afd541df01c0370712.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun