Terkejut kan! Cinta itu ternyata penuh perbedaan. Cinta tidak selamanya harus sama. Kalau kau cinta, terimalah friksi dan konflik.
Membuat semangkuk bubur itu ada banyak usaha dari KKP. Semangkuk bubur itu ada niatan untuk membahagiakan orang-orang yang dicintainya. Di tengah meja biasanya KKP sudah menyediakan kacang kedelai goreng, emping, cakue, kecap manis dan tidak lupa kecap asin. Di sinilah pertarungan kedelai, emping dan cakue terjadi sampai tandas.
Pertarungan di meja makan di rumah, bahkan terkadang sampai terbawa kalau sedang makan di luar. Itu biasa. Sulung paling sebel diminta untuk mengantri kedua kalinya ketika bungsu ingin sesuatu. Padahal dari awal sudah ditanya mau apa lagi, tetapi "selalu always" menambah makanan ketika orang akan menyelesaikan makannya. Akhirnya semua nambah.
Makan di depan Tugu Tani paling sering bahkan pegawainya sudah hapal dan mengucapkan terima kasih ketika dua anak lelaki bertinggi lebih dari 175 cm membereskan meja dan meletakkan sisa makanan dan baki di tempat kotor. Belajar disiplin memang sulit, tetapi lebih baik diterapkan dari sekarang agar menjadi budaya dan disiplin diri.
Dalam semangkuk bubur ayam rumahan itu terkandung usaha, doa dan cinta yang membuatnya. Jangan pernah disia-siakan. Nikmatilah, bersyukur dan balaslah doa dan cinta pembuatnya sehingga hidup itu penuh cinta dan kebahagian.
Salam Kompal