Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Modal Sosial, Modal Tak Terbatas Melawan Covid 19

9 April 2020   13:38 Diperbarui: 9 April 2020   13:38 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tenaga Kesehatan Sedang Memeriksa Penumpang Bus dan Penumpang Kendaraan Pribadi dari Luar Pagaralam yang Ingin Masuk ke Pagaralam. Panas Pake Jas Hujan I Foto: OtnasusidE

Si A kepalanya pening karena himbauannya pada kepala desa untuk membuat spanduk bahaya dan pencegahan Covid 19 kurang direspon. Alasannya dana desa belum turun. Si A ini camat di kawasan Bukit Barisan Sumatra.

Si B menghadapi Covid 19 senyum saja. Bahkan ketika diri hendak pulang, Si B memaksa untuk mampir. Sebenarnya kurang sreg karena pasti teman ini membawakan kopi yang sungguh nendang. Padahal sekarang sedang menjaga jarak satu sama lain.  Ah, ternyata silaturahim kan tidak perlu dengan bersalaman apalagi ngadu pipi, berpelukan.

Istilah nendang dari guru kaki kupu-kupu yang diberi kopi dusun. Si guru menyampaikan jantungnya bisa copot kalau keseringan minum kopi dusun. Si kaki kupu-kupu sendiri sejak kuliah dan kuliah serta kuliah lagi kemudian sering penelitian, booster-nya ya kopi dusun.

Betul juga Si B ini membawakan kopi. Selain itu Si B ternyata mengungkapkan sudah menyampaikan himbauan pada masyarakat agar menjaga diri dan menjaga jarak satu sama lain agar terhindar dari Covid 19. Kades dan tokoh masyarakat membantu membuat dan memasang spanduk. Bahkan dalam waktu dekat akan mengumpulkan dana secara swadaya bersama masyarakat membeli masker dari penjahit yang sepi pekerjaan.

Duh. Hoiii nulis ini bukan karena disogok dengan kopi kan? Ha ha ha. Tidaklah, rekam jejaknya memang bagus. Si B ini, rela begadang dengan masyarakat hingga jelang subuh untuk berbagai kegiatan. Ketika menjadi lurah, kantornya itu ramai, baik orang yang ingin berurusan administrasi ataupun sekedar silaturahim.

Ketika selesai masa tugasnya, bahkan kades-kades dan tokoh masyarakat serta kalangan muda ingin menghadap atasannya agar Si B jangan dipindahkan. Setelah diberi penjelasan semua demi jenjang karir Si B dan orang lain maka warga menerimanya dengan berat hati. Janji Si B ini walau tidak lagi menjadi lurah, siap untuk membantu warga desa. Silaturahim jalan terus. Tolong menolong apalagi.

Menghadapi warga itu harus dengan rendah hati. Menjadi lurah ataupun camat itu pamong yang melayani. Akan ada banyak kenangan di sana kalau diri ini mengikhlaskan untuk warga. Apalagi meninggalkan perbuatan baik.

Jangan mengandalkan Mbak Srimulyani untuk kiriman dana. Lah, buat apa diri dilantik jadi lurah, camat serta bupati, walikota, gubernur kalau tidak bisa memanfaatkan sumber daya yang ada. Sumber daya yang tak terbatas itu adalah silaturahim atau istilah kerennya modal sosial.

Si B itu dana operasionalnya kecil, itupun bukan operasional untuk camat tetapi untuk operasional kantor kecamatan.  Jadi membuat spanduk tidak perlu nunggu dana desa dari Mbak Sri tetapi cukup dari swadaya masyarakat. Masker tidak perlu menunggu pemberian orang tetapi swadaya masyarakat menolong penjahit yang sepi order yang efek turunannya adalah masyarakat memiliki masker cuci pakai, dilapisi tisu sendiri. Inilah gotong royong asli Indonesia.

Nah, bagaimana dengan dana operasional Sekda, bupati, walikota, gubernur? Bagaimana dengan APBD daerah yang triliunan? Bagaimana dengan privilage alias hak istimewa seperti pengawalan, rumah dinas, segala macam yang terkait dengannya?

Salam hormat untuk bupati dan wakil bupati yang menyumbangkan gajinya untuk menangani Covid 19 di daerahnya masing-masing. Salam hormat untuk mereka yang tetap bekerja tanpa balutan politik tetapi atas dasar kemanusiaan dengan data yang realistis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun