Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aku Cemburu pada Anakku

15 Februari 2020   18:58 Diperbarui: 15 Februari 2020   18:57 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Subuh sampai di Palembang. Keputusan harus diambil. Tidur di bandara ataukah tidur di hotel budget.  Eh, setelah hitung-hitungan, diputuskanlah untuk beristirahat di bandar. Terlelap sebentar di kursi dan kemudian mandi di toilet luar untuk naik pesawat pagi.

Kopi hangat dari sebuah warung 24 jam di depan bandara mendongkrak mata. Inilah penyakit kaum lelaki yang tinggal jauh dari keluarga. Kalau mo berangkat kerja, ogah-ogahan mesti didorong-dorong sama istri untuk masuk. Masuk kerja maksudnya, bukan masuk ke tempat yang lain.

Sebaliknya kalau mo balik ke rumah, duh semangatnya minta ampun. Penyakit ini kukira adalah penyakit umum yang sering menyerang kaum lelaki yang kerja jauh dari rumah, yang rindu rumah beserta isinya mulai dari istri, anak-anak dan suasana, baik suka maupun yang nggemesin.

Lah, memang rumah tidak ada dukanya. Adalah tapi itu relatif, sangat-sangat relatif tergantung dari sudut pandang mana memulai penilaiannya. Kalau dari sudut pandang kesal, semua bakal runyam, tidak ada bahagianya rumah. Tapi kalau dari sudut pandang semua adalah bunga, ya semua akan baik-baik saja. Bahkan hal yang bikin kesal pun bisa memicu tawa.

Mulai dari sulung yang sulit bangun pagi. Mulai dari tengah yang setiap tiga bulan sekali ganti kaca mata karena setiap mandi (bershampo dan bersabun) kacamatanya selalu lupa dilepas. Mulai dari bungsu yang selalu berkicau seperti burung tiung padahal, sulung dan tengah sedang belajar dan emaknya sedang memelototi pekerjaan stafnya. Dan terakhir, aku yang kalau lagi dirumah selalu menjahili mereka.

Setiap hari mereka mendapatkan uang jajan yang jumlahnya bervariasi tergantung umur dan kegiatan di sekolah. Setiap minggu mereka juga mendapat uang tambahan dari hasil ulangan kalau betul semua. Sulung dan tengah akan mendapatkan uang lebih, kalau mereka mengajari bungsu dan ulangan bungsu betul semua. Semua ada persentasenya. Sulung dan tengah tidak pernah rebutan mengajari bungsu karena mereka sudah punya mata pelajaran kesukaan masing-masing.

Baru masuk ke ruang tunggu, ada WA masuk. Coklat 6 biji dari berbagai merek berbeda jelas menusuk mata. Keterangannya "inilah cashback kalau selalu memberi uang jajan". Duh, pagi-pagi sudah mengajak "perang", batinku.

Aku sadar diri. Lah ia ya. Yang beri uang jajan dan yang ngurusi rumah tangga kan emaknya. Wak wak wak. Itu kan uang emaknya. Jadi wajar kalau dia beri keterangan gambar begitu.

Ketika menjejakkan kaki di tanah Jawa, diri ini bersyukur. Selalu bersyukur bisa pulang dan kumpul dengan keluarga. Emaknya anak-anak pun menjemput di bandara. Kami sarapan bakso A Fung. Setelah itu pergi ke kantornya di Tenabang. Kantor yang hanya dikunjungi seminggu sekali tetapi lumayan hasilnya dibandingan ikan dan ayamku.

Walau begitu ada satu yang bikin bahagia. "Jangan ditutup. Selagi masih bisa menghidupi orang-orang jalani saja. Sekaligus juga buat usaha lainnya. Bersyukur bisa menghidupi orang lain. Bersyukur bisa membina, mengajari orang lain seni kehidupan," kata emaknya satu waktu di antara deburan ombak pasir putih Bangka.

"Cepatlah kalau mau cium," kata emaknya di dalam mobil. Dan jidat nong nong yang sering ditutupi rambut ikal  itupun kukecup. Bukan hanya Milea saja yang bisa cium curi-curi. Bunga mawar yang kusimpan dalam kotak sederhana pun kuberikan. "Aku mencintaimu forever and ever," bisikku ditelinganya.

Perempuan yang telah mendampingiku dalam suka dan duka itu tersenyum. Dia mengeluarkan bungkusan kado dari tas pelatih kereta kuda. Hua ha ha ha. Aku terharu. Ternyata anak-anak juga memberikan kado coklat yang sama seperti yang diberikan pada emaknya.

Wajarlah kalau emaknya pernah mencuit, "kalau bapaknya sok, nggak apa-apa. Aku sudah punya pengganti dua dan ganteng-ganteng plus satu cantik". Jleb, jleb, jleb. Aku ambyar deh.

Akupun cemburu pada anak-anakku. Mereka sudah punya perhatian pada orangtuanya. Mereka berlaku adil pada emak dan bapaknya. Padahal bapaknya jarang pulang.

Hari ini aku bersyukur. Anak-anak nakal itu ternyata punya perhatian pada orangtuanya. Emaknya telah mendidiknya dengan baik.

Pulang dari Tenabang anak belum pulang. Sekitar pukul 14.30 anak-anak pulang hampir berbarengan. Akupun memeluk dan menciumi mereka dan mengucapkan terimakasih atas perhatian pada emak dan bapaknya.

I love u all.

Malam itu kami makan di kawasan Cikini. Sebelum makan kami berdoa dan bersyukur, kami bisa berkumpul dan sehat. Sulung memimpin doa dengan khusuk. Aku meneteskan air mata dalam hati, bahagia.

Salam Kompal

Dok. Kompal
Dok. Kompal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun