Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rindukan Aku Kalau Kau Bahagia

1 Desember 2019   10:38 Diperbarui: 1 Desember 2019   11:56 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun LRT Bandara SMB II Palembang I Foto: OtnasusidE

Perempuan itu menikmati Damri mengejar pesawat pagi. Mengejar semburat jingga di bandara. Menikmati cahaya di jendela pesawat.

Sakitkah jiwakah perempuan itu? Bisa jadi. Bisa tidak. Itulah proses cinta. Sekali lagi kalau nggak kuat lebih baik jangan jatuh cinta apalagi sampai berucap janji memilih, bersumpah setia dalam suka maupun duka.

Janji, cemburu, kepemilikan adalah tiga kata yang berkelindan seperti spiral yang tak pernah berujung bagaikan Tornado. Ujung yang tak terlihat itu kalau tak ada yang mengalah dan kuat mempertahankan cinta maka cinta akan meninggalkan korban yang tak perlu.

Anak, sakit hati, dendam, amarah, hancurnya silaturahim adalah sebagian dari kerusakan. Cinta yang semestinya indah menjadi titik awal kerusakan. Titik awal benci.

Jangan membunuh! Apalagi membunuh buah cinta. Buah cinta itu kalau bisa memilih, tak memilih orang tua yang tak bertanggungjawab. (Contoh menyakitkan link ini)

LRT itu memotong Sungai Musi. LRT itu menyatukan Ilir dan Ulu. Sungai Musi menuliskan kata "Rindukan aku kalau kau bahagia". "Kalau kau lagi resah, marah dan benci ingatlah aku".

Cidro  janji itu biasa. Cendol dawet dengan es batu dapat mengurangi tensi amarah dan benci.  Nek ojo pamer bojo yo.  Lagu dewa Pamer Bojo Cendol Dawet oleh Didi Kempot Lord of Broken Heart kiranya dapat menjadi safety valve (dalam Sosiologi yang dikenalkan oleh Lewis A Coser) daripada selingkuh.

Salam, cinta itu memberi dan menerima tak berbatas.

Salam Kompal

kompal-5de32489d541df6eda3708b2.jpg
kompal-5de32489d541df6eda3708b2.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun