Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ajarilah Anak Buahmu Maka Dia Akan Jadi Matamu

1 Juni 2019   20:29 Diperbarui: 1 Juni 2019   20:54 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagai macam ilustrasi mengenai jaringan internet I Foto OtnasusidE

Seorang teman dibuat kalang kabut ketika WA  down  beberapa waktu lalu. Ada yang kecewa ada juga yang kalem saja. Mereka yang kecewa karena WA membantu pekerjaan mereka mulai dari dokter, perawat sampai pegawai pemasaran. Bagi yang kalem, karena mereka selalu berpikir  out of the box.

Tulisan ini tidak bermaksud untuk membenarkan WA  down  ataupun tidak. Keputusan pemerintah selaku pemilik kuasa tentu memiliki alasan untuk men-down-kan WA pada waktu itu.

Tulisan ini hanya mengajak para pembaca Kompasiana untuk berpikir dan selalu memiliki plan b, c ataupun d. Singkat cerita apapun pekerjaan jangan terlalu tergantung dengan teknologi dan turunannya seperti media sosial.

Mari ke  zaman dahulu kala, ketika notebook dan PC masih merupakan barang yang sangat mewah, maka untuk menulis, mesin ketik adalah alat utama. Bagiku itu pilihan pertama kalau ingin menulis berita. Mesin ketik merek B itu ditenteng seperti menenteng notebook saat ini. Sungguh kerja wartawan dulu itu berat. Kamu nggak kuat pastinya. Biar aku saja.  Wak wak wak.

Satu malam dalam satu sesi pelatihan wartawan, guru kami Om Valens Doy (almarhum) mengingatkan kalau dalam sebuah peristiwa itu wartawan harus bersiap menghadapi segalanya. "Lapangan itu selalu penuh warna. Tidak pernah sama pula peralatan pendukung untuk membuat laporan ke kantor," katanya.

Om Valens lalu melatih kami untuk menulis dengan menggunakan pena dan kertas. Sungguh susah. Kami pun diminta untuk tidak menulis beralaskan meja. Ada yang nulis beralaskan lantai. Ada yang nulis beralaskan batu bata.

Menulis dengan mesin ketik saja susah lolos dari Om Valens, apalagi ini dengan menggunakan kertas. Dobel susah jadinya.

Menjadi wartawan itu harus kreatif dan jangan pernah hanya melihat peristiwa tanpa mendalaminya dan berpikir kritis atas suatu peristiwa. Walaupun kami sering salah tetapi kami tetap semangat. Salah satu penyemangatnya adalah Om Valens bila menjelang tengah malam selalu membelikan nasi goreng ataupun mie goreng untuk kami dan beliau paling suka makan buah.

Semua pelajaran dari Om Valens ternyata sungguh membuat diri menyiapkan diri untuk yang terburuk di setiap, ke daerah bencana. Pernah nulis laporan di atas batu dan dikirim dengan faks. Pernah mengirim berita dengan menitipkan ke sopir angdes untuk di--faks-kan ke kantor melalui Wartel di ibu kota kabupaten. Pernah juga membacakan laporan yang sudah ditulis per telepon ke kantor karena faks mengalami gangguan.

Bagi mereka yang pernah tugas di daerah apalagi daerah terpencil plus tertinggal maka pasti harus kreatif dan berpikir  out of the box. Kalau tak kreatif maka penugasan kita jadi tak jalan.

Mereka yang pernah bertugas di daerah itu biasanya memiliki kesabaran yang tinggi kalau sudah di kota. Mengapa? Tak lain dan tak bukan karena mereka pernah mengalami kesulitan untuk melaksanakan tugasnya. Tentu tidak semua demikian. Ada juga yang ketika ditugaskan di kota malah balas dendam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun