Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Lewati Iblis Dulu"

18 September 2017   05:48 Diperbarui: 18 September 2017   07:09 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.vecteezy.com/vector-art/158171-madam-devil-vector

Dengan tinggi 168 cm dan duduk di kelas 3 SMP, Dot memang di atas rata-rata. Mulai dari tingginya hingga ke berat tubuhnya. Gemar bola kaki tak membuatnya melupakan belajar. Hal yang paling disukai adalah matematika. Kalau ditanya, "apa hobimu?" Jawabannya adalah, "matematika."

Heemmmm. Emaknya sendiri sampai dibuat bingung. Orang hobi itu ya, bola kaki, basket, bulu tangkis atau berenang. Emaknya terkadang malah menyuruhnya keluar setiap sore untuk bermain dengan teman sebaya. Dot jarang keluar sore. Dot malah senang baca Kompas, dan National Geographic Indonesia. Kompas Emaknya dari sejak kuliah S1 hingga menamatkan S3 berlangganan Kompas khusus untuk hari Jumat dan Minggu.

"Menurut pendapat pribadi, berita di hari Jumat dan Minggu itu keren," kata Emaknya ngakak.

"Kalau untuk National Geographic (NGI) karena banyak laporannya untuk menambah nutrisi otak".

"Main sore itu untuk sosialisasi," kata Emaknya.

Dot emang bikin pusing Emaknya. Dia didik merdeka sedari kecil oleh Bapaknya yang menghilang dibelantara perbukitan Sumatra ketika menjalankan tugas. Kalau orangtua yang memiliki anak kecil seusia Dot dipastikan akan dilarang main kotor apalagi masuk ke dalam got alias membersihkan got. Bapaknya malah mengajak Dot untuk membersihkan sampah di depan rumah, menembang pohon jambu. Tangan kotor dan pakaian kotor biasa. Bahkan tidur di antara dedaunan pohon jambu yang ditebang sambil tertawa ngakak.

Kemerdekaan yang diberikan oleh Bapaknya ketika golden age membuatnya tumbuh terbuka dan berani serta berdisiplin. Untuk urusan sampah saja dia tak berani membuangnya kalau tak ada tempat sampah.  Sampah masuk tas atau dikantongi dan dibuang sampai di rumah.

Sore itu di Dot berdiri tegak di depan meja kerja Emaknya. "Mak, kalau Dot senang dengan orang itu boleh nggak?" Si Emak yang lagi sibuk ngurusi warung 10 inchinya pun terhenyak. Si Emak tersenyum simpul, lesung pipit yang tak terlihat itupun menyembul.

Ketakutan itupun akhirnya muncul. Ketakutan kalau anaknya tumbuh dewasa. Sebuah penyakit klasik selalu menganggap anak itu masih kecil padahal tingginya sudah hampir sama walau baru kelas 3 SMP.

Mata si Emak pun menatap anak sulungnya. "Emang Dot tertarik dengan siapa?" tanya si Emak.

"Jes. Itu si jawara kelas yang tahktanya Dot ambil ketika naik kelas 2."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun