Mohon tunggu...
OSTI  LAMANEPA
OSTI LAMANEPA Mohon Tunggu... Mahasiswa - DEO GRATIA (RAHMAT ALLAH)

MAHASISWA FILSAFAT DAN TEOLOGI

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Misteri Paskah Kristus sebagai Pusat Tahun Liturgi

17 April 2021   21:16 Diperbarui: 27 April 2021   13:38 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

   (Tinjauan Kritis Terhadap Pemikiran Romo Robertus Manik dan Bosco Da Cunha tentang Tahun Liturgi)

   Oleh: Osti Lamanepa, Mahasiswa Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang

Abstrak

Fokus tulisan ini adalah membahas tentang misteri Paskah Kristus sebagai pusat lahirnya Tahun Liturgi. Saya menaruh perhatian penuh terhadap tema yang terkait dengan studi perbandingan misteri Paskah Kristus sebagai pusat lahirnya Tahun Liturgi yang ditulis oleh Doktor Liturgi Robert Manik dengan tradisi misteri Paskah orang Kristen sebagai pusat lahirnya Tahun Liturgi yang ditulis oleh Bosco da Cunha. Tema ini ada dalam buku atau diktat Liturgi Romo Robert Manik yang merupakan sumber utama dalam tulisan ini. 

Selain itu saya juga menggunakan sumber tambahan dari beberapa buku Bosco da Cunha yang juga membahas tentang misteri Paskah Kristus sebagai pusat lahirnya Tahun Liturgi sebagai studi perbandingan. Metode pembahasan tulisan ini adalah analisis kritis pembacaan dengan membandingkan dua pemikiran ini yakni Robert Manik dan Bosco da Cunha yang berbicara tentang misteri paskah Kristus sebagai pusat lahirnya Tahun Liturgi. Saya menemukan bahwa argumen kedua pemikiran ini sangat membantu orang lain untuk mengerti dan memahami apa Tahun Liturgi serta bersikap kritis dalam realitas kehidupan Gereja. Tanpa sikap kritis orang akan terjebak dalam praktik-praktik liturgi yang salah mengenai Tahun Liturgi.

 

II. Pembahasan

  • Manusia Mempunyai Kesadaran akan Waktu

Saya sangat terkesan dengan pernyataan Robert Manik. Ia mengatakan bahwa sejarah peradaban manusia sejak dahulu sudah mengetahui dan mempunyai kesadaran akan waktu (Robert Manik: Diktat Liturgi, 2).

. Hal ini bisa diketahui karena pengamatan manusia terhadap kondisi alam, misalnya; Adanya perubahan musim yang mengikuti pola ritme tertentu, Adanya siang dan malam, Perubahan bentuk bulan dan pergeseran bintang, Adanya pergeseran perubahan siang dan malam yang mengikuti pola tertentu. Semua ini memungkinkan manusia sampai pada refleksi akan adanya waktu.

Itu sebabnya saat ini kita masih bisa menemukan bahwa ada banyak suku atau bangsa yang memiliki cara masing-masing dalam mengukur waktu. Menurut Robert Manik, kita sekarang mengikuti cara perhitungan waktu yang berlaku secara umum. Ada dua cara perhitungan waktu yang sudah dikenal sejak zaman kuno yaitu; Dengan cara mengikuti peredaran matahari (tahun) dan Cara peredaran bulan (bulan). Kemudian ini diuraikan lebih detail dalam bentuk hari yang kemudian kita temukan dalam sistim kalender.

Robert Manik mengatakan bahwa sistim waktu ini kemudian perlahan-lahan masuk dalam kehidupan Gereja karena Gereja merefleksikan dan menetapkan bahwa waktu adalah kudus. Dan sejak saat itu, Gereja mempunyai waktu atau masa liturginya secara tersendiri.

  • Kekudusan Waktu Menurut Gereja

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun