Mohon tunggu...
OSTI  LAMANEPA
OSTI LAMANEPA Mohon Tunggu... Mahasiswa - DEO GRATIA (RAHMAT ALLAH)

MAHASISWA FILSAFAT DAN TEOLOGI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manusia dan Realitas Kehidupannya

12 April 2021   15:53 Diperbarui: 27 April 2021   14:55 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Ostianus Ola Lamanepa, (Mahasiswa Filsafa

MANUSIA DAN REALITAS KEHIDUPANNYA

"MANUSIA, SANG PEZIARAH"(MM, 9). Demikianlah tema pembuka oleh Armada Riyanto dalam bukunya yang berjudul Menjadi-Mencintai. Tema ini menurut saya sangat inspiratif dan sangat kaya akan makna dibalik kata manusia itu sendiri. Mengapa manusia terus mencari? Pencarian merupakan bagian dari peziarahan. Peziarahan itu sendiri identik dengan kehidupan. 

Salah satu jalan peziarahan manusia adalah refleksi. Hidup yang tidak direfleksikan adalah hidup yang tidak dapat dihidupi. Ini berkaitan dengan kesadaran tiap-tiap orang tentang keseharian hidupnya. Idealnya sang peziarah tentu tidak akan membiarkan sehari hidupnya terlewatkan begitu saja. Realitas harus menjadi obyek peziarahan. Para religius diarahkan untuk dapat mengecap keseharian hidup mereka salah satunya dalam catatan harian. Ada kalanya seorang biarawan merasa jenuh dengan aktivitas yang semu dan membosankan.

Kejenuhan hanya menjadi salah satu dari sekian pergulatan peziarahan. Bagi orang yang sungguh-sungguh berziarah kejenuhan merupakan peruncing yang makin mempertajam refleksi tentang kehidupan. Pada kenyataannya tidak semua orang memiliki kemampuan ini. Problem ini merupakan hambatan kepribadian seseorang. "Manusia juga adalah dirinya dengan segala pengalamannya"(MM, 19). Ungakapan Armada Riyanto ini saya terjemahkan menjadi 'manusia adalah penyatuan diri dan realitasnya'. 

Realitas menjadi faktor eksternal bagi pertumbuhan dan perkembangan diri seseorang. Manusia berada dalam keanekaragaman realitas menjadi. Keanekaragaman merupakan produk realitas. Ia (manusia)  melihat realitas dengan cara pandang yang berbeda. Cara pandang yang telah lama terbentuk sejak ia dilahirkan. 

Beberapa orang akan berusaha mengenal dirinya dengan bertanya "who am I ?". beberapa orang juga bermasalah dengan realitas dirinya. Realitas akan membantu seseorang untuk mengenal siapa dirinya. Yang saya maksudkan adalah menerima diri. Cara pandang yang negatif tentang diri sendiri menghambat kedewasaan seseorang. Mungkin pengalaman yang terekam adalah hal-hal yang buruk mengenai dirinya. Karena itu ia,(manusia) harus keluar dari dirinya dan menjalin persahabatan dengan yang lain.

"Diam tidak perlu dimengerti sebagai sikap pasif"(MM, 115). Armada Riyanto memasukan makna ini ke dalam persahabatan. Bagi kebanyakan orang diam tidak membawa dampak apa-apa. Bagi yang lain malahan menjadi misteri. Diam menjadi bukan apa-apa bagi orang yang tidak sungguh-sunguh mendengarkan. Namun sesungguhnya diam akan menciptakan ketenangan batin. Dalam persahabatan, diam menjadi sebuah peneguhan. Diam menjadi kebutuhan terpenting jiwa seseorang. Diam adalah kekuatan bagi sahabat yang ingin didengarkan. Kesetiaan akan terpancar dari dia yang setia mendengarkan.

"Persahabatan menurut saya adalah aktivitas menjadi sahabat. Artinya, persahabatan bukanlah status bukan pula disposisi, melainkan aktivitas menjadi".(MM, 116)

 Armada Riyanto dalam kalimat ini mengungkapkan sebuah perjalanan menjadi sahabat. Dalam sebuah persahabatan perlu adanya kepercayaan (trust). Pada dasarnya kepercayaan itu merupakan harga mati. Apa bila seseorang berkhianat, maka secara tidak langsung ia telah mengasingkan dirinya sendiri. Kepercayaan itu datang hanya sekali. 

Persahabatan hendaknya berfondasikan kepercayaan. Aktivitas menjadi tidak memaksa orang lain untuk menjadi sahabat. Pertama-tama bagaimana pemberian diri merupakan langkah awal dalam menjalin persahabatan. Realitas manusia juga membutuhkan sahabat. Makluk sosial ini akan merasa kesepian bila berada di luar persahabatan. Saya mencoba menerangkan relasi persahabatan ini dengan sebuah analogi kepompong. Kepompong yang mengubah ulat menjadi kupu-kupu. Ada beberapa makna di balik analogi ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun