Mohon tunggu...
Osman Latief
Osman Latief Mohon Tunggu... Sekretaris - Great Health Inspiring Youth

ASN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi Sungkeman Identitas Kearifan Lokal Bangsa Indonesia

27 Juli 2021   10:40 Diperbarui: 28 Juli 2021   10:14 1716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sungkem. Sumber: Jogja Archive

Ada satu tradisi istimewa saat lebaran khususnya di masyarakat Jawa. Seperti yang sudah kita ketahui bersama, masyarakat Jawa dikenal sangat kental dengan adat dan tradisi yang dilahirkan secara turun-temurun dari para leluhur kepada generasi berikutnya. Tradisi yang dilakukan saat lebaran yaitu sungkeman

Sungkem dalam KBBI berarti sujud atau bersimpuh sebagai tanda hormat. Sungkem kepada orang tua saat hari raya idul fitri atau lebaran merupakan salah satu ritual untuk memohon diampuni kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya. 

Pada hari  hari raya idul fitri budaya sungkeman sering sekali dilaksanakan sebagai bentuk permintaan maaf kepada orang tua atau kepada orang yang lebih tua dalam satu keluarga. Dalam tradisi masyarakat Jawa dikenal dua macam sungkem. 

Sungkem saat menikah dan sungkem saat lebaran.  Keduanya mempunyai esensi yang sama yaitu mohon maaf dan mohon doa restu sebagai bentuk penghormatan kepada orang tua atau orang yang lebih tua.


Tatacara sungkem  yaitu dengan cara duduk bersimpuh di hadapan orang tua, tangan bersalaman sambil mencium tangan, sembari mengucapkan kalimat berbahasa Jawa “Mboten njawi Bapak/Ibu, ngaturaken sembah bekti lan ngaturaken sugeng riyadi, wonten atur saklimah, tindak sapecak ingkang lepat, kula estu nyuwun agunging samudra pangaksama lair batos. 

(Permisi Pak/Bu saya menghaturkan sembah bakti dan mengucapkan selamat hari raya, apabila ada ucapan dan tindakan yang salah, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya). 

Biasanya orang yang menerima sungkem akan memberi jawaban “ Padha-padha Ndhuk/Le, semono uga Bapak/Ibu minangka wong tuwa yen ana kaluputan uga nyuwun ngapura. 

Muga-muga Gusti kang Murbeng Dumadi nglebur dosamu lan dosaku ing dina riyaya iki, lan kita kabeh pikantuk berkah saka Allah SWT. (Sama-sama Nak, saya sebagai orang tua juga minta maaf apabila ada kesalahan. Semoga Allah menghapus dosa-dosa kita dan memberi berkah kepada kita semua.)

Namun seiring dengan perkembangan jaman yang masyarakatnya cenderung berpikiran modern ini adat seperti sungkeman ini sudah mulai ditinggalkan. Budaya ini sudah mulai tergerus oleh jaman yang sudah serba canggih dan modern ini, sebagai warga negara indonesia tentunya kita wajib untuk melestarikan budaya-budaya atau tradisi adat yang sudah mulai ditinggalkan dikalangan para pemuda–pemuda bangsa saat ini, untuk itu budaya seperti sungkeman dan mencium tangan orang tua harus tetap dilakukan atau diterapkan. 

Makna sungkem ini antara lain:
Pertama dengan sungkeman, setiap orang diwajibkan untuk memperlakukan orangtuanya dengan hormat.
Kedua, sungkeman mengajak seseorang untuk berbuat kebaikan, sadar dan disiplin serta menghilangkan sikap ego di dalam diri. Terlihat dari bagaimana cara seseorang saat sungkeman, yaitu merendahkan tubuhnya dan dengan tulus “menyembah” orang yang telah berjasa dalam hidupnya. 

Yang ketiga setiap manusia pasti memiliki kesalahan, bahkan dalam hubungan terdekat antara anak dan orangtua hal itu pun sering terjadi. Hubungan yang telah rusak akan terobati sakit hatinya serta rasa percaya pun akan pulih kembali lewat ritual sungkeman. Dengan demikian akan tercipta rasa damai dan rasa mengikhlaskan antara kedua belah pihak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun