Sebuah pertanyaan sederhana hadir menginspirasi pikiran manusia untuk mengetuk sejauh mana manusia di abad ini tergerak hati untuk membantu sesamanya. Memang, negeri ini sedang berada dalam polemik identitas. Siapa dan apa yang harus dilakukan untuk suatu visi ke depan, agar diakui oleh banyak orang.Â
Berbagai idealisme mulai hadir untuk menggerogoti ruang berpikir dan imajinasi yang kemudian menjadikan ini sebagai terobosan baru. Rancuh? Tentu saja. Ketika semua orang asik berbicara tentang pesta demokrasi yang akan dilangsungkan pada tahun 2024 dan mempertanyakan alasan jam belajar siswa dimajukan dari jam sebelumnya; orang melupakan bahwa ada peristiwa lain yang harus segera ditangani di bumi pertiwi tercinta ini.
Bencana demi bencana datang silih berganti bahkan tercatat oleh media sebagai bahan informasi yang akan menjadi sejarah di kemudian hari. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), memberi infomasi bahwa terdapat 237Â peristiwa bencana alam di Indonesia sejak 1 Januari hingga 6 Februari 2023. Inilah informasi yang beredar melalui pemantauan BNPB. Lalu bagaimana dengan yang tidak terpantau? Tentu tidak ada harapan. Benarkah demikian? Pastinya tidak, karena masih ada begitu banyak kebaikan yang bakal menjadi harapan untuk banyak orang.
Salut terhadap insan-insan kemanusian yang punya cinta untuk sesamanya. Mereka tumbuh atas kasih persaudaraan. Membuka ruang berpikir demi satu kebaikan bersama.Â
Mereka adalah Pemuda Katolik. Beberapa hari ini sejak 6 Maret 2023, para Pemuda Katolik Komcab Atambua, Belu -NTT membuka donasi bagi sesama yang terkena Bencana di Lamaknen Selatan Kabupaten Belu Provinsi NTT. Kesigapan mereka sangat diakui dalam mencari dan menunggu tangan-tangan kasih dari sesama hingga gelap menjemput malam.
Semua bukan tentang pengakuan diri, melainkan jawaban sederhana terhadap secuil pertanyaan; kapan kamu mulai percaya? Percaya berarti mengamini suatu peristiwa dengan tindakan nyata yang dapat disaksikan dan dirasakan secara langsung oleh sesama pada saat itu juga.Â
Sederhana bukan? Sangat sederhana. Tetapi harus diakui yang sederhana selalu menjadi kesulitan terbesar di saat melakukannya. Mengapa? Karena mindsetnya begitu besar. Visinya begitu besar sampai tidak dapat dilakukan.Â
Pemikiran sederhana ini pernah digarisbawahi oleh Bunda Theresia dari Calcuta yang mengatakan demikian "tidak semua orang dapat melakukan hal yang besar, namun setiap orang dapat melakukan hal kecil dengan cinta yang besar." Mari berbagi kasih untuk kemanusiaan.