Mohon tunggu...
Yosep Mau
Yosep Mau Mohon Tunggu... Penulis - Debeo Amare

Hic et Nunc

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Multikultural Hidup Berbangsa Indonesia

27 April 2020   10:24 Diperbarui: 27 April 2020   10:28 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hidup merupakan sebuah pilihan bagi setiap orang. Entah ingin dibawah ke mana kehidupannya, tentu menjadi hal  mendasar dalam memutuskannya. Setiap orang selalu memimpin dirinya, namun pada satu kesempatan seseorang dapat dipimpin oleh orang lain. 

Mengapa bisa demikan? Karena seperti itulah siklus kehidupan manusia. Sisi-sisi lain dari hidup manusia membuktikan bahwa dia (manusia), tidak pernah hidup sendiri, ia selalu hidup dengan orang lain oleh sebab itu tidak heran bila ia dikatakan sebagai makhluk sosial.

Menjadi makhluk sosial tidaklah mudah, sebab memiliki karakteristik tersendiri yakni hidup bersama ataupun berdampingan dengan orang lain. Dalam hal ini seseorang tidak masuk dalam kelompok subjek atau objek. 

Tetapi keduanya masuk dalam subjek (pelaksana)itu sendiri. orang yang menjadi pelaksana haruslah membuka relasi terlebih dahulu sebab, relasi merupakan pintu utama untuk setiap orang bisa melakukan pendekatan baik secara personal maupun kelompok. 

Sebuah pendekatan hanya bisa terjadi bila ada keterbukaan di antara keduanya. Ketika keduanya saling terbuka maka apa yang dicita-citakan akan terjadi pula, namun sebaliknya jika kedua oknum tertutup maka tidak heran akan terjadi diskriminasi antara oknum yang satu dengan oknum yang lain.

Kita dapat melihat realita kehidupan di tempat, di mana kita berada sekarang, apakah kita selalu ingin hidup berdampingan dengan orang-orang sesuku, sebudaya, sebahasa ataupun agama dengan kita? saya berpikir tidak demikian. Kalaupun demikian mungkin hanya sebagian kecil orang saja. Perlu kita ketahui bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang hidup dan bertumbuh dari berbagai jenis pulau, suku, etnis, bahasa dan 

kepercayaan masing-masing selain 6(enam) agama besar yang diterima oleh NKRI. Hal ini merupakan sebuah gambaran umum bagi kita. Namun adapula gambaran-gambaran yang lebih konkrit yakni dari pengalaman-pengalaman hidup kita sehari hari.

Setiap hari kita selalu melakukan aktifitas-aktifitas yang menunjang kehidupan kita. tanpa sadar kita bertemu dengan orang lain dan bahkan bekerja bersama dengan orang yang notabene tidak sebahasa ataupun sesuku  dan agama dengan kita. Lantas pada kesempatan itu kita ada dan tetap bersama dengan dia. 

Tentu hanya beberapa detik, menit, atau bahkan jam kita tidak saling sapa. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pada satu kesempatan kita akan saling menyapa. Apa yang membuat kita bisa melakukan hal itu? Tentu hanyalah perasaan yang dapat menjawabnya.

 Kita-manusia yang berakal dan berbudi. Kita hidup tidak terlepas dari pikiran begitupun dengan perasaan. Pikiran memampukan kita untuk mengenal dan mengetahui seseorang ataupun apa saja yang ada di sekitar kita. Budi/perasaan memampukan kita untuk melatih kepekaan terhadap apa saja yang ada di sekitar kita. 

Dengan kata lain kita dibentuk dan disempurnakan dengan akal budi agar kita dapat memahami dan merasakan hadirnya setiap ciptaan Tuhan di sekitar kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun