Mohon tunggu...
Joseph Osdar
Joseph Osdar Mohon Tunggu... Jurnalis - Wartawan

Lahir di Magelang. Menjadi wartawan Harian Kompas sejak 1978. Meliput acara kepresidenan di istana dan di luar istana sejak masa Presiden Soeharto, berlanjut ke K.H Abdurrahman Wahid, Megawati, SBY dan Jokowi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Perhatikan, Seruan Stop Impor Beras dari NU dan PDI Perjuangan

19 April 2021   17:15 Diperbarui: 19 April 2021   18:13 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pekerja beristirahat di atas tumpukan karung beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Jumat (19/1/2018). Pemerintah bakal mengimpor beras sebanyak 1 juta ton tahun 2021. (Foto: ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN via kompas.com)

Jumat, 31 Januari 2020 lalu, artikel Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Helmy Faishal Zaini,  berjudul "Kemandirian NU dan Perdamaian Dunia" dimuat di Harian Kompas halaman 6.

Dalam artikel ini Helmy antara lain mengatakan NU sangat memperhatikan sektor pertanian. "Perhatian terhadap sektor pertanian itu dibuktikan dengan rekomendasi Muktamar ke-32 NU di Makassar tahun 2010 dan juga Muktamar ke-33 NU di Jombang tahun 2015," kata Helmy tahun lalu.

Isi rekomendasinya, kata Helmy, adalah memerintahkan kepada PBNU untuk melakukan serangkaian advokasi dan mendesak pemerintah untuk menciptakan keadilan ekonomi, terutama pada sektor pertanian dan perdagangan.

Ironi Menyedihkan

Faktanya, dengan komposisi penduduk yang sebagian besar memilih pertanian sebagai ladang mata pencaharian, hari ini kita kita masih mengimpor pelbagi bahan pokok makanan. "Ini adalah sebuah ironi yang menyedihkan," seru Helmy dalam artikel itu.

Pada keadaan yang demikian, lanjut Helmy, sesungguhnya yang menjadi korban utama atas kebijakan impor bahan pangan adalah rakyat kecil. "NU memiliki komitmen yang kuat untuk selalu menjadi yang terdepan dalam memperjuangkan pemerataan ekonomi," kata Helmy.

Senin, 19 April 2021, saya kontak Helmy, agar terus berjuang menghentikan impor beras. "Siap om, " jawab sahabat saya asal Cirebon yang suka beli roti pentong di pinggir jalan desa ketika menjabat Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal 2009 - 2014 itu.

Sabtu, 20 Maret 2021 lalu, Ketua PBNU KH Said Aqil Siroj (Kang Said) di Jakarta menyerukan PBNU menolak keras rencana Pemerintah Indonesia mengimpor satu juta ton beras beras dari Thailand. Kang Said, demikian nama sapaan akrabnya di Pesantren Kempek, Cirebon, menyatakan impor beras ini sangat merugikan petani Indonesia. "Nah, saya menolak keras impor ini, pertama karena kebanyakan petani, 99 persen warga NU, " seru Kang Said tegas.

Foto J.Osdar - Ketua umum PBNU KH Said Aqiel Siroj dan Sekjen PBNU di Kantor Pusat PBNU, Jakarta, 13 Maret 2021
Foto J.Osdar - Ketua umum PBNU KH Said Aqiel Siroj dan Sekjen PBNU di Kantor Pusat PBNU, Jakarta, 13 Maret 2021
Kang Said menyatakan impor beras ini hanya untuk kepentingan sekelompok orang saja.

Senin, 22 Maret 2021, Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Hasto Kristiyanto, juga menyerukan penolakan atas impor beras itu. "Keputusan Menteri Perdagangan (juga Menteri Koordinator Perekonomian) selain melupakan basis politik Presiden dan PDI Perjuangan dari petani, juga sangat tidak tepat mengingat perekonomian nasional sedang tertekan akibat pandemi.

"Menteri Perdaganganhanya menghambur-hambur devisa negara, untuk suatu produksi pangan yang sebenarnya bangsa Indonesia bisa memproduksi pangan tersebut. Dalam situasi kontraksi ekonomi seperti saat ini penting untuk hemat devisa negara," kata Hasto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun