Mohon tunggu...
Dimas Putri Setyorini
Dimas Putri Setyorini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Edukasi

Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Islam dan Politik

7 Desember 2021   03:46 Diperbarui: 12 Maret 2024   19:05 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Masa Kesultanan Islam

  • Kesultanan Ottoman atau kesultanan Utsmani

Kerajaan Ottoman lahir setelah suku nomaden Turki bermigrasi ke Anatolia karena tempat asal mereka (Eurasia Timur) dijajah kaum Mongol.  Suku nomaden Turki dipimpin oleh Ertugrul Gazi, Kepala suku ini juga telah membantu Kesultanan Seljuk Anatolia untuk melawan Bizantium. Setelah memenangkan perang Bapheus pada tahun 1302, Negara Utsmani semakin memperluas wilayah kekuasannya hingga ke Anatolia.[10]

Salah satu Sultan yang paling masyhur adalah Sultah Mehmet II atau Mehmet Al-Fatih (1444-1481 M) dan Sultan Suliman Al-Qanuni. Sultan Mehmet memimpin dengan sangat bijaksana. Ia berhasil menaklukkan Konstantinopel, Ibukota Bizantium, yang kemudian berubah menjadi Istanbul. Penaklukan Konstantinopel 1453 menjadi titik terang kejayaan Ottoman. Administrasi Negara mulai efektif, kerjasama luar negeri berjalan lancar, dan wilayah kekuasaan semakin meluas. Setelah masa ini lah konsep masyarakat Ottoman dikatakan telah menetap dan siap membentuk sebuah Negara. Pembentukan negara ini meliputi berbagai aspek seperti birokrasi, militer, keagamaan yang dapat menopang pembangunan sosial ekonomi di Negara Usmani. Di tangan Suleiman Al-Qanuni (1520-1566), Negara Ottoman telah berada pada puncak kejayaannya. Ia memerintah dengan adil dan bijaksana. Langkah-langkah politik yang ia ambil selalu menguntungkan masyarakat. Pemerintahannya sering disebut dengan 'Abad Keemasan' atau Golden Age. Karena kepemimpinannya Islam disegani oleh berbagai kalangan. Politik Islam di masanya sangat maju.[11]

 

  • Kesultanan  Safawi (1501-1722 M)

Kesultanan ini berpusat di Persia (sekarang: Iran). Pada mulanya, Safawi merupakan sebuah gerakan tarekat yang berkembang menjadi gerakan politik. Bahkan, gerakan ini berhasil mendirikan sebuah kerajaan besar beraliran Syi'ah di Persia. Para pengikutnya pun sangat taat. Dalam tarekat ini pemilihan pemimpin dilakukan dengan cara pemilihan langsung dan kepemimpinan selanjutnya akan diberikan kepada anak raja atau pewaris takhta, begitu pun seterusnya.[12]

Raja yang sangat berjasa bagi kemajuan kerajaan Safawi ini adalah Raja Abbas I (1588-1628 M). Beberapa langkah politik yang ia ambil adalah:[13]

1. Mereformasi pasukan perang

Mereformasi pasukan perang berarti mengganti sisa-sisa pasukan Qizilbasy. Raja Abbas ingin menghapus dominasi pasukan Qizilbasy dengan menpekerjakan budak-budak tawanan dari perang-perang yang telah ia menangkan.

2. Membuat perjanjian damai dengan Turki Utsmani (Ottoman)

Berdasarkan perjanjian ini, Kerajaan Safawi harus rela kehilangan beberapa wilayahnya. Diantaranya: Azerbijan, Georgia dan sebagian wilayah Luristan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun