Mohon tunggu...
Aziz Ramadani
Aziz Ramadani Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Social interest

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Konsep Politik Internasional Tanpa Cacat Era Rasulullah

21 Oktober 2019   11:29 Diperbarui: 21 Oktober 2019   11:55 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Miliu kancah internasional yang saling tumpang tindih dan tidak stabil menunjukkan ketidaksepahaman masyarakat internasional dalam menentukan hala tuju bangsanya masing-masing. Ideologi Fasisme dan Komunisme saling berkonfrontasi dalam usahanya memaksa masyarakat global untuk menerima ajaran serta paham mereka sehingga menciptakan komunitas yang sangat radikal terhadap segala bentuk perbedaan. 

Hal ini kemudian melahirkan sistem internasional yang anarkis serta jauh dari sebagaimana sistem politik internasional era Rasulullah dimana esensinya adalah kedamaian ummat manusia seluruhnya. 

Sekulerisme yang memisahkan konteks agama dan kehidupan menjadi titik mula kerusakan-kerusakan serta perpecahan yang terjadi di muka bumi. Islam yang pada awal mula turunnya beresensi membawa perdamaian serta persatuan bagi ummat manusia justru memecahkan ummat menjadi kelompok-kelompok tertentu. 

Mempelajari sejarah pemerintahan serta politik Islam era Rasulullah menjadi sebuah urgensi untuk memecahkan masalah ummat manusia sekaligus mengembalikan esensi perdamaian serta mempersatukan ummat manusia di dunia.

Hijrah Rasulullah dan ummat muslim dari Makkah ke Madinah merupakan diantara rentetan peristiwa paling bersejarah dalam berkembangnya peradaban Islam. Harus diketahui terlebih dahulu bahwa hijrah ke Madinah adalah untuk berlindung dari diskriminasi kaum musyrikin makkah serta penerimaan masyarakat Madinah yang sangat terbuka terhadap Islam. Istilah Muhajirin (Orang yang berhijrah) dan Anshar (Orang yang membantu) adalah istilah yang tidak asing lagi bagi ummat Islam, dimana masyarakat Madinah sangat menerima serta mempersilakan ummat Islam untuk tinggal di Madinah kala itu. 

Secara rambang dapat dikatakan bahwa Kaum Muhajirin adalah imigran pelarian yang lari ke negara lain lalu diterima untuk berdomisili tanpa adanya perbandingan. Nabi Muhammad SAW sukses mempersatukan Kaum Muhajirin dan Anshar yang terdiri dari beragam agama serta qabilah dibawah satu naungan negara yaitu Madinah. 

Hal ini menggambarkan pemupukan rasa nasionalisme bagi rakyat sebuah negara. Terlebih lagi, Rasulullah SAW dapat dikatakan sebagai salah satu  penggagas nasionalisme di dunia.

Seiring berjalannya dakwah Islam, banyak kebijakan-kebijakan yang bersangkutan dengan hal-hal kenegaraan dan politik internasional ke luar Madinah sendiri. Sebagai contoh usaha diplomasi misalnya, dengan mengirim utusan dan surat dakwah berisi panggilan menerima Islam. 

Setelah ekspansi Islam menyebar hampir dua pertiga dunia, Rasulullah memperkenalkan istilah Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan islam) yang menjadi paham internasional yang kita rasakan seperti sekarang. Ekspansi Islam ke wilayah tertentu adalah dengan tujuan dakwah dan bukan untuk mengeksploitasi sebuah bangsa. 

Ukhuwah Islamiyah mempersatukan bangsa dan ras yang berbeda dalam satu naungan yaitu Islam. Berbeda negara, benua dan regional disatukan dengan ukhuwah islamiyah. 

Hal ini mencerminkan persatuan masyarakat internasional dan bukan perbedaan serta perpecahan. Adapun non-muslim tetap diberikan perlindungan dengan syarat-syarat tertentu sebagai bentuk proteksi ummat muslim.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun