Mohon tunggu...
Harun Anwar
Harun Anwar Mohon Tunggu... Desainer - Menulis sampai selesai

Lelaki sederhana yang masih ingin tetap tampan sampai seribu tahun lagi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seribu Mimpi di Langit Mardika

18 Januari 2022   07:25 Diperbarui: 18 Januari 2022   07:28 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Proses revitalisasi pasar tradisional Mardika di Ambon kini memasuki babak baru. Para pedagang yang semula bersikeras untuk tetap berjualan di sekitar lokasi revitalisasi pelan-pelan mulai melunak. Lapak-lapak sudah dibongkar. 

Meski masih ada segelintir pedagang yang masih tetap memaksakan situasi dengan membuka lapak darurat beratap payung namun nampaknya itu tak akan jadi persoalan serius bagi petugas terkait.

Di areal pasar ikan yang juga sudah dibersihkan. Pedagang yang selama bertahun-tahun berjualan di badan jalan akhirnya mengalah dan angkat kaki untuk lebih tertib. Personel Polisi Pamong Praja bahkan tak berhenti mengawal jalannya penertiban hingga semua berjalan sesuai yang seharusnya.

Badan jalan dekat pasar ikan yang selama ini sumpek karena aktifitas pedagang dan mengakibatkan kemacetan panjang sudah mulai lapang. Nyaris tak ada lagi pedagang yang berjualan menggunakan badan jalan. 

Pedagang-pedagang itu beralih mengisi pasar apung yang sudah dibuatkan pemerintah untuk menunjang aktifitas jual beli selama proses revitalisasi pasar berjalan.

Pasar Mardika sendiri merupakan pasar tradisional terbesar bukan saja di Ambon tapi di kepulauan Maluku. Sudah hampir 50 tahun pasar ini menjadi tulang punggung ekonomi daerah. Terintegrasi langsung dengan terminal angkutan umum membuat pasar ini jadi lokasi tersibuk saban harinya sepanjang pagi buta sampai malam gulita.

Ada pergerakan manusia hampir 20% banyaknya dari jumlah penduduk kota Ambon setiap harinya di pasar ini. Itu bukan jumlah yang sedikit. Kondisi sosial pedagang dan fisik pasar yang tak lagi sanggup membuat pasar ini justru terlihat kacau di mata pemerintah. Dan upaya revitalisasi ini jadi solusi jalan keluar yang juga direstui pemerintah pusat.

Di pasar Mardika ini ada berbagai manusia dari latar sosial dan budaya yang berbeda-beda. Mereka datang dari banyak daerah di Indonesia dan berasal dari berbagai suku lalu menetap di Ambon. 

Mereka mengisi sektor ekonomi mikro sebagai pedagang kecil di pasar, ada juga yang berjualan jasa, jadi tukang becak, supir angkutan, tukang ojek sampai jasa pikul.

Berpuluh tahun orang-orang ini hidup di pasar dengan jam aktifitas yang beragam. Ada yang pergi pagi pulang sore. Ada pula yang terbit dan terbenamnya matahari pun tak sempat mereka saksikan dari rumah mereka lantaran kesibukan di pasar. Mereka selalu punya satu alasan yang sama: demi masa depan anak-anak. Dan itu bukan sekadar kata-kata belaka. 

Nyatanya anak-anak dari pedagang itu banyak mengisi kampus-kampus di kota Ambon bahkan tersebar jauh hingga pulau Jawa sebagai mahasiswa. Mereka hidup, bersekolah dan berani menyuarakan impian berkat keringat orang tua yang jatuh di tiap sudut Mardika sebagai pedagang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun