Mohon tunggu...
Harun Anwar
Harun Anwar Mohon Tunggu... Desainer - Menulis sampai selesai

Lelaki sederhana yang masih ingin tetap tampan sampai seribu tahun lagi

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Merantaulah Sampai Ujung Dunia dan Menualah di Kampung Halaman

25 Agustus 2021   10:18 Diperbarui: 4 September 2021   12:45 1411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berpikir untuk merantau. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Waktu ini sungguh cepat berlalu. Seperti akhir sebuah usia, tak seorang yang tahu. Tuhan jua yang berkehendak, menimbang manusia dengan berikat-ikat rencana kehidupan. Dan bila mati itu tiba, habis semua rencana yang berserta di kepala pemilik raga. Tanpa sisa.

Sejak kecil kita selalu diberitahukan bahwa Tuhan itu adil. Semua mengatakan hal yang sama. Di buku-buku agama, di dapur-dapur rumah, di ayunan seorang balita, di bibir semua orang tua. Tuhan akan memberikan balasan yang seimbang dan tak kurang barang sebiji pun.

Selain diajarkan perihal sifat-sifat Tuhan kita juga diberitahu bahwa dalam hidup ini ada hal-hal yang tak bisa kita ganggu ketetapannya. Seperti kematian itu. Ia bisa datang besok, sekarang juga, atau mengulur hingga tua renta. Sekali lagi tak seorang yang tahu persis.

Tapi Tuhan itu sebaik-baiknya pemberi keadilan. Orang yang mati muda sudah mencukupi segala jatah rizkinya. Tinggal soal baik buruknya ia menggunakan kehidupannya itu pun akan diadili.

Tak pernah ada seruan yang bilang Tuhan melarang seseorang untuk merencanakan hal-hal dalam hidupnya. Toh dengan berencana ada juga sisi baiknya.

RENCANA, kata ini saya ulangi berkali-kali seperti imam yang mencukupkan paginya dengan zikir-zikir. Kata yang biasa-biasa saja. 

Tak manis, tak juga asin. Kata yang akrab di relung telinga. Dari orang pinggiran seperti saya sampai pemimpin negara seperti presiden Jokowi beberapa kali tertangkap mencetak kata sederhana ini dengan bibirnya.

Sampai usia ini saya masih banyak rencana di masa lalu yang belum masuk kenyataan. Malah ada rencana baru yang muncul, yang tanpa disadari hanya akan membebani punggung yang kecil ini.

Saya kembali berpikir. Untuk apa semua rencana-rencana ini. Apa akan membuat hidup tenang ke depannya?

Saya melihat satu dua potret di situs foto di internet. Foto-foto sebuah desa di lereng gunung. Foto-foto itu mengingatkan saya pada kampung kelahiran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun