Mohon tunggu...
Harun Anwar
Harun Anwar Mohon Tunggu... Desainer - Menulis sampai selesai

Lelaki sederhana yang masih ingin tetap tampan sampai seribu tahun lagi

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Selamat Jalan Markis Kido

15 Juni 2021   07:21 Diperbarui: 15 Juni 2021   07:49 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kabar wafatnya Markis Kido semalam sungguh mengejutkan publik tanah air. Betapa tidak, selama ini lelaki 36 tahun itu dikenal masih segar bugar dan terus aktif bermain bulu tangkis semenjak memutuskan pensiun.
           
Ia yang dulu populer sebagai pebulu tangkis di sektor ganda putra itu tadi malam mengembuskan napas terakhir saat tengah bermain bulu tangkis di GOR Petrolin kawasan Tanggerang. Saksi menyebutkan di tengah laga berjalan ia tiba-tiba terjatuh dan tak sadarkan diri. 

Candra Wijaya, rekan pebulu tangkis yang juga sudah pensiun itu bersama kawan-kawan lainnya coba memberikan pertolongan pertama. Tak cukup itu mereka juga membawanya ke RS Omni Alam Sutra. Namun nyawa Markis tak tertolong. Dokter menyebut jantungnya telah berhenti bekerja bahkan sebelum tiba di RS. Ia diduga kuat kolaps akibat serangan jantung.
         
Iya, serangan jantung. Penyakit manusia modern yang paling ditakuti manusia sendiri. Ia bisa membunuh tiba-tiba. Ia datang tanpa alarm. Sesuatu yang juga menimpa altet sepak bola Denmark yang sementara berlaga di kompetisi sepak bola negara Eropa, Christian Erikson dua hari lalu. Beruntung Erikson masih selamat. Ia lalu mengambil langkah putuskan pensiun dari sepak bola.
Selama ini kita mengenal Markis Kido sebagai atlet tangguh. Meski telah gantung raket usianya sampai kini masih terbilang muda. Fisiknya pun sejatinya masih bisa diadu untuk level kompetitif. 

Mantan rekannya yang juga seumuran yakni Hendra Setiawan bahkan masih bolak balik berbagai ajang bergengsi level internasional. Namun kenyataannya kematian memang selalu punya jalan sendiri. Ia tak pernah masuk rencana masa depan seseorang tapi bisa jadi yang paling awal datang. Begitulah kematian.

Kisah Markis Kido menjadi satu dari sekian pelajaran bahwa mati itu dekat. Ia tak pandang bulu. Jika ia tiba ia tak harus menunggu seseorang berakhir dari masa pekerjaannya. Ia bisa datang di saat seseorang sedang bertugas, beribadah, istirahat, bersenang-senang, sakit, sehat, bahkan segar bugar. Mati pun tak menunggu seseorang memasuki senja kala usia. Ia akan datang di semua saat lagi tak peduli kondisi.
       
Kuat-kuat fisik manusia, banyak-banyak harta simpanan, terang benderang karier pekerjaan, kematian tetaplah sesuatu yang pasti.
       
Kido semalam akhirnya berpulang. Di mata teman-teman dan keluarga ia adalah sosok yang baik dan pekerja keras. Sumbangsih prestasi bagi negara dari ajang bulu tangkis membawa namanya harum mendunia. 

Di Medan bulu tangkis ia sudah memperoleh banyak penghormatan. Dari level Asean sampai olimpiade ia sudah mengecap semua raihan tertinggi. Dunia mengakuinya. Ia bersama Hendra Setiawan dalam nomor ganda campuran sukses mencuri medali emas ajang bulu tangkis dari ganda menakutkan Cina Cai Yun/Fu Haifeng di Olimpiade Beijing 2008 dengan sangat heroik.
         
Kini Markis Kido telah tiada. Namun jejak yang ditinggalkannya adalah cerita tentang bakti seorang anak bangsa kepada ibu Pertiwi. Ia adalah legenda bulu tangkis Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun